18/12/14

Puisi-Puisi Ahlul Hukmi


INTIPATI ARTI



kuda dauk duka daku

ikan kain kian naik

rusa saur suar saru

ular luar laru alur



ikat kait kiat kita

utus tuas usut satu

tuar ruat raut atur

bait bati taib tiba



kaum muak amuk muka

piut tiup tipu tipu

buat baut batu buta

usap pasu puas sapu



giat giat gita tiga

paul lupa luap pual

siap pais pias pasi

suah haus usah sauh



AHAS, 23/11/2014


Lanjutkan Membaca >>

13/10/14

ODE BELUT


Wahai Belut
ini ode untukmu
dari dadaku

Wahai Belut
licin tiada bersisik
hidup dalam air, lumpur dan kabut

Wahai Belut
engkau tenang di liang
meski cangkul, bajak, kerbau dan traktor
menggempur tanah, air, batu dan lumut

Wahai Belut
sungguh besar jasamu
buat manusia kenyang mengisi perut
tertawa-tawa bermain botol dan Belut

Wahai Belut
tiada pernah pagut memagut
apalagi belit membelit
sampai rabut merabut

Wahai Belut
jaga diri jangan kalut
maaf jika daku salah sebut,
banyak kentut dan menuntut

Wahai Belut
acap kali ada sakit dan ribut
dalam perut
bawah perut
atas lutut
pada lutut
hingga lupa sudah panjang sungut dan janggut
Emak dan Ayah pun lelah dengar daku bersungut-sungut
apalagi terlepas pula carut juga karut
sungguh itu tidak patut
daku pun manggut-manggut

Wahai Belut
iman bagai air laut nan pasang surut
semoga selalu maujud
dalam sujud dan tahajud

Wahai Belut
lama tafakur daku tiada cemberut
perbanyak menyebut
hidup sebangsa mesti sesuai alur dan patut

Wahai Belut
asal usulmu adalah ilmu lanjut
obat silang sengkarut
cegah sikut menyikut juga hasut

Wahai Belut
dua puluh sembilan tahun nan lalu
daku belajar mencarimu di tengah sawah, Belut
engkau datang padaku meluncur dari pancuran
daku terkejut

Wahai Belut
ijinkan daku mengucapkan:
salut daku padamu Belut.


AHAS, 13 Oktober 2014


(Angka 99 pada Blog Sastra Hukmi99 mengacu pada tahun 1999, tahun kelulusan dari SMA dan tahun masuk belajar di tingkat pendidikan selanjutnya.)

Lanjutkan Membaca >>

26/09/14

Khazanah Budaya Tradisional Melayu di Pesisir Dumai dalam Sajak Konon dan Kenen seperti Angin Karya A. Yani AB


Pada bulan April 2014 nan lalu Dumai tercinta berusia 15 tahun sebagai sebuah wilayah administrasi pemerintahan daerah di Provinsi Riau dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kokoh dengan Pancasila, Bhinneka Tungal Ika dan Wawasan Nusantaranya. Setelah 15 tahun berdiri sebagai sebuah kota tentu begitu banyak pengaruh budaya lain nan memperkaya dan menjadi bagian dari kebudayaan di kota Dumai. Selain itu masih banyak khazanah budaya di Dumai yang belum diteliti dan diketahui masyarakat pada umumnya khususnya kekayaan budaya nan eksis jauh sebelum Dumai diresmikan menjadi sebuah kotamadya pada bulan April 1999.

Sudah berapa banyak tersedia bahan-bahan bacaan nan komprehensif tentang kebudayaan di kota Dumai baik itu kebudayaan tradisional, kontemporer, mutakhir maupun pascamutakhir yang ada? Apakah pesatnya pembangunan di beberapa sektor pada sebuah kota akan membuat masyarakatnya lupa pada akar kebudayaan tempat dimana bumi dipijak dan langit dijunjung?  Semoga saja tidak.

Apa saja lagi budaya fisik dan nilai-nilai budaya tradisional Melayu khususnya di pesisir Dumai selain hanya yang ada dalam ruang lingkup sebatas menjadi objek seremonial-seremonial belaka dalam penyelenggaraan atraksi budaya tradisional sempena memperingati momentum hari-hari besar tertentu, berpantun, menyemah kampung, prosesi adat istiadat dalam konteks sosial kemasyarakatan dalam pernikahan, kelahiran, kematian dan lain sebagainya? Padahal dalam atraksi budaya tradisional yang dianggap sesuatu nan seremonial itu adalah produk budaya dengan muatan nilai-nilai kearifan lokal nan tinggi dan bermanfaat untuk ketahanan budaya nasional.

Alhamdulillah, dalam begitu banyaknya pertanyaan yang muncul serta kerisauan tiadanya sumber-sumber bacaan yang komprehensif tentang kebudayaan khususnya budaya tradisi Melayu di pesisir Dumai, penulis menemukan sebuah karya sastra karangan penyair di Dumai nan memiliki kandungan sangat berharga untuk mengetahui beberapa khazanah warisan budaya tradisional Melayu di pesisir Dumai. Karya sastra tersebut adalah sajak Konon dan Kenen seperti Angin karya oleh A. Yani AB. Tentu masih banyak lagi karya-karya sastra di Dumai baik lisan maupun tulisan nan didalamnya memuat fakta-fakta sejarah, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keluhuran tradisi Melayu maupun produk-produk imajinasi sebagai bagian dari kekayaan budaya di pesisir Dumai.

Teks sajak dapat berfungsi sebagai sumber pengetahuan tentang budaya tradisional suatu masyarakat di sebuah daerah atau wilayah jika di dalam teks tersebut terdapat entitas dan identitas yang berkaitan dengan budaya tradisional.

Lanjutkan Membaca >>

27/08/14

GAWAT KUADRAT

 Di sebuah negeri  antah-berantah…

oknum
:
Kita bantu.
seniman 1
:
Terima kasih.
oknum
:
Belah semangka ya?
seniman 1
:
Jadi dari 300 juta hanya 150 juta untuk kesenian?
oknum
:
Saling berbagilah. Bukankah ada seniman yang membuat kredo kebersamaan itu  adalah saling memberi dan saling berbagi?
seniman 1
:
(dilema…terdiam…merenung sejenak) …
seniman 2

(menahan marah) …
oknum
:
Kalau tidak mau. Ya tidak dapat.
seniman 1
:
Nanti masuk dalam temuan?
oknum
:
Asal lengkap pertanggungjawaban. Aman. Tidak masalah
seniman 1
:
(dalam hati) Apa perlu nanti ditulis yang 150 juta dipotong oleh oknum?
seniman 2
:
Ini melanggar peraturan.
oknum
:
Tidak usah banyak cincong. Tak tahu berterima kasih kalian. Sudah mau kami bantu. Kalau tidak mau. Masih banyak yang lain lagi.
suara 1
:
(entah malaikat entah syaitan) Ambil saja. Sekarang semuanya seperti itu. Semua angka. Semua angka. Semua angka. Jangan sok-sok idealis. Realistis sajalah.
suara 2
:
(entah malaikat entah syaitan). Jangan. Itu sama saja dengan berkomplot untuk melakukan tindak pidana korupsi. Bilang sama dia kalau mau beri 150 juta mesti ditulis 150 juta. Jangan mau ditulis 300 juta.
suara 1
:
(entah malaikat entah syaitan) Ah, kau sok-sok suci. Itu uang. Mau kau cari kemana sebanyak uang 150 juta? Kalau kau seniman punya karya lukis laku dijual 1 miliar atau ada karya sastra laku dijual 100 juta maka uang adalah masalah sepele. Kau butuh uang itu agar kawan-kawanmu nan mengaku-ngaku seniman itu bisa berkesenian bersama-sama.
suara 2
:
Saatnya kau memilih. Hidup ini adalah pilihan.
seniman 1
:
Ya. Baiklah. Kami terima bantuannya. Terima kasih sudah mau membantu.
oknum
:
(matanya berbinar-binar) Itu baru namanya seniman. Saya ini juga seniman. Seniman mengolah anggaran. Mengolah anggaran agar bisa masuk rekening pribadi saya. Kalau kamu mau kunci-kuncinya agar bisa jadi seniman seperti saya nanti saya ajarkan.
seniman 2
:
(berguman) gawat kuadrat…
suara 1
:
(entah malaikat entah syaitan) ha…ha…ha…ha…seniman senewen seniman senewen seniman senewen seniman senewen…
Lanjutkan Membaca >>

inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun


wahai puisi dimanakah gerangan engkau berada? jangan engkau tunggu aku merakit bom karena aku tidak akan pernah merakit bom. aku memang tidak pandai merakit bom. namun dalam berita di televisi dan surat kabar dikabarkan banyak orang jadi pintar merakit bom hanya dengan mempelajarinya dari internet. 
entah macam apa bom rakitan itu.

wahai puisi dimanakah gerangan engkau berada? jangan engkau tunggu aku jadi teroris karena kalau aku menjadi teroris pasti diburu-buru dan ditembak mati oleh pasukan anti teror. aku memang tidak pernah punya cita-cita jadi teroris. namun dalam berita di televisi dan surat kabar dikabarkan banyak nan bercita-cita masuk surga kalau jadi teroris.      
entah macam apa surga teroris itu

wahai puisi dimanakah gerangan engkau berada? jangan engkau tunggu aku mati karena kalau aku mati pasti engkau merayu kekasih baru. aku memang tidak abadi. namun dalam berita di televisi dan surat kabar dikabarkan banyak orang abadi karenamu puisi. 
entah macam apa keabadian itu.

wahai puisi dimanakah gerangan engkau berada?
jangan-jangan engkau telah mati karena bunuh diri
entah macam apa puisi bunuh diri
jika benar engkau telah mati

inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun
telah kembali kepada Allah



inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun
puisi
berani
mati


Agustus 2014

Lanjutkan Membaca >>