08/12/15

7, Angka Hoki atau Angka Sial?

Tidak ada angka nan mampu mendatangkan tuah dan sial untuk manusia. Itu adalah takhayul. Segala takhayul memang dapat menjadi sumber inspirasi untuk menulis cerita-cerita khayal lisan dan tulisan, tetapi mungkin ada juga cerita-cerita khayal lisan dan tulisan yang menjadi penyebab sumber-sumber takhayul nan menyesatkan ingatan dan daya nalar manusia.
Semoga Allah selalu memberi taufik dan hidayahNya agar kita tidak tersesat dalam takhayul-takhayul.
Lantas, mengapa pula angka 7 dituliskan?
Begini kisahnya.
Lanjutkan Membaca >>

27/11/15

puisi


Ayam Bangkok

ayam Bangkok berkokok
menjelang fajar
itu tandanya sudah pagi

ayam Bangkok berkokok
menjelang tengah malam
itu tandanya  dia begadang

ayam Bangkok mematuk taji
menjelang laga
itu tandanya pemanasan raga

ayam Bangkok mengepakkan sayap
menjelang gelanggang
itu tandanya beregang-regang

ayam Bangkok sendiri
bagai anggota pasukan berani mati
ada musuh pantang lari

ayam Bangkok menang sabung
masuk sangkar berselubung
kalah keluar ubung

ayam Bangkok itu
memang jago
bukan jago kandang,
tetapi jago di gelanggang.

Dumai, November 2015

Lanjutkan Membaca >>

Kritik Sastra atau Telaah Sastra



Tulisan ini bukan untuk menambah kerlap-kerlip bintang-bintang di semesta sastra yang ketika satu bintang gemilang, pancaran cahaya bintang-bintang nan lain menjadi terhalang. Masing-masing bintang sudah punya waktu dan tempat untuk gemilang sesuai dengan konstelasinya, berdasarkan orbit, rotasi dan gravitasinya. Bintang-bintang nan mulai tidak terlihat kilaunya, tidak mesti merusak keseimbangan alam agar dapat lebih dekat dengan matahari dan menjauh dari dari kegelapan. Terlalu dekat dan makin dekat dengan matahari hanya akan membuat bintang-bintang menjadi musnah. Terlalu lama dalam kegelapan dan sengaja ditutupi agar tidak mendapat cahaya matahari juga akan menjadikan bintang-bintang akan menjadi beku dan kemudian musnah dalam kedinginan.


    Kecaman-kecaman yang menyatakan ada puisi-puisi di Indonesia sebagai puisi gelap, puisi sampah, puisi yang tidak dapat dimengerti artinya dan tidak dapat diketahui tujuannya dan puisi gagal, tidak dapat disebut sebagai suatu hasil telaah atau kajian sastra maupun sebagai kritik sastra,  kalau tidak dibuktikan dengan alasan-alasan dan penemuan kesalahan-kesalahan melalui telaah yang menggunakan perangkat penilaian sastra.

    Kalau ditilik dari jenis pengkajian sastra menurut M.H Abrams dalam kamus istilah sastra A Glossary of Literary Terms (1999), kecaman-kecaman di atas dapat dikategorikan sebagai kecaman impresionis, bukan kecaman dari penelaah/kritik(us) sastra profesional. Kecaman yang lebih mengutamakan perasaan daripada alasan, fakta dan telaah.
Lanjutkan Membaca >>

Kritikologi


     Seorang kritik(us) sejati dan profesional tidak akan pernah menyatakan kecaman-kecaman terhadap puisi-puisi dengan menyebutnya sebagai puisi gelap, puisi sampah, puisi yang tidak dapat dimengerti dan diketahui tujuannya, puisi gagal, puisi basi, puisi saduran, puisi jiplakan, puisi igau, puisi tidak laku, dan puisi cengeng, tanpa memberikan contoh, melakukan penelahaan dan menggunakan perangkat penilaian yang sahih dalam ilmu sastra.
Lanjutkan Membaca >>

Kritik(us) Sastra atau Penyangak Sastra

        Kalau dulu memang puisi-puisi, dan pada umumnya karya-karya sastra lainnya dapat disensor secara halus dan terang-terangan melalui pengawasan dan pemeriksaan di meja-meja redaksi surat kabar dan majalah, penyensoran itu juga terjadi di penerbit-penerbit yang memiliki standar masing-masing dalam menerbitkan karya sastra.
      Sekarang ada banyak orang yang menulis puisi, kemudian mempublikasikan sendiri puisi-puisinya di internet melalui jejaring sosial Facebook, Twitter dan blog. Apa lantas puisi-puisi tersebut dapat dinyatakan dan dikecam sebagai puisi-puisi “sampah” atau puisi-puisi “hina” yang tidak lolos dan tidak sesuai kriteria redaksi surat kabar dan majalah cetak maupun digital?
      Kalau memang sungguh ingin mengecam seperti itu, silakan kemukakan alasan ilmiah dan perangkat pengukuran yang dapat menyatakan puisi-puisi dipublikasikan melalui internet, khususnya di dinding facebook adalah “tidak terpakai” dan “hina”. Lantas, bagaimana kiatnya agar penulis-penulis pemula yang sedang belajar menulis puisi dapat mengubah “sampah-sampah” dan “kehinaan” itu menjadi “emas” dan “kemuliaan”? Bukankah di negeri ini ada banyak pemulung dan pendaur ulang sampah yang berhasil mengolah dan menjual sampah menjadi “emas”.
    Pernyataan bahwa puisi-puisi di Facebook adalah puisi-puisi “sampah” tentu melahirkan pertanyaan dan pernyataan. Saya berasumsi pernyataan itu memang sengaja dinyatakan agar lahir ketertarikan dari penulis-penulis pemula untuk mengetahui sejauh mana wawasan ilmu sastra dan ilmu kritik sastra yang mengeluarkan pernyataan. Salah satu caranya, mungkin, ya mungkin dengan membeli buku kritik sastra yang sudah ditulis oleh yang memberikan pernyataan tersebut. Kalau asumsi ini betul, pernyataan tersebut adalah semata-mata sebagai politik pemasaran agar tulisannnya laku. Semoga saja asumsi ini hanya khayalan penulis belaka dan semoga pernyataan tersebut adalah sebuah cambuk untuk membuat penulis-penulis pemula makin terlecut dan makin giat belajar menulis puisi-puisi “emas” dan “mulia”.
Lanjutkan Membaca >>

28/10/15

Benang Merah Surat Cinta Novel Indonesia dan Kesamaan Judul Puisi Indonesia


      Tulisan ini bukan kritik sastra dan juga bukan untuk mengajar orang tua makan dadih. Ini hanya semata-mata untuk menyampaikan tanya nan nyata saja tentang adanya kesamaan ciri khas penulisan surat-surat cinta dalam beberapa novel percintaan terkenal yang dikarang oleh sastrawan Indonesia dan kesamaan judul beberapa puisi karya penyair Indonesia.
      Ketika kita pernah mendengar dan membaca adanya pertanyaan dan pernyataan bahwa ada karya-karya sastra dari sastrawan Indonesia yang diduga dan dianggap sebagai hasil menjiplak karya-karya sastra dari luar negeri dan dalam negeri, hal pertama yang mesti kita cermati apakah pertanyaan, pernyataan dan kritik tersebut muncul karena hendak memberikan pencerahan dalam dunia sastra. Pencerahan bahwa proses mencipta karya sastra itu juga dipengaruhi oleh banyak hal.
Lanjutkan Membaca >>

14/10/15

Selisik Sastra Tutur Tampieh & Tempias


Naskah cerita rakyat berjudul Tempias dituliskan setelah mendengarkan penuturan cerita rakyat oleh Muslim Arofat, salah seorang aktivis kepemudaan di Dumai. Muslim Arofat berusia 29 tahun, warga Dumai, mendengarkan cerita rakyat ini dari penuturan dari generasi sebelumnya.

Jauh sebelumnya penulis juga sudah pernah mendengarkan cerita rakyat ini dalam 2 bahasa yaitu bahasa Minang dan bahasa Melayu. 

Apakah karya sastra tutur berjudul Tampieh dan karya sastra tutur berjudul Tempias bersumber dari sebuah karya sastra tutur yang sama, dan kemudian tumbuh berkembang di pelbagai kelompok masyarakat dengan bahasa nan berbeda, hanya dapat dibuktikan dengan melakukan penelitian sastra tutur yang komprehensif.

Adanya kemungkinan bahwa penulis pertama sekali mendengarkan cerita rakyat berjudul Tampieh ini dalam bahasa Minang, kemudian menuturkannya kembali dalam bahasa Indonesia kepada sahabat-sahabat sepermainan penulis ketika masih kanak-kanak, dan kemungkinan mereka juga menuturkan lagi cerita tersebut dalam bahasa Melayu, tentu saja akan dapat dibuktikan dengan cara menelitinya dengan disiplin ilmu sastra lisan, tradisi lisan dan kajian budaya. Beberapa penutur cerita rakyat Tampieh dan penutur cerita rakyat Tempias masih hidup dan mungkin dapat diminta informasinya untuk kepentingan penelitian sastra tutur.
Lanjutkan Membaca >>

Tempias


Kala itu rimba raya masih ada. Rimba raya kaya dengan pokok-pokok nan sangat besar dan tinggi menjulang. Binatang liar nan buas seperti harimau, rusa, kijang, babi, beruang, beruk, pelanduk dan ayam hutan hidup bebas.
Tak jauh dari rimba raya tersebut ada sebuah kampung. Kampung itu dipimpin oleh seorang penghulu. Penduduknya sangat menghormati penghulu sebab beliau selalu membantu penduduk yang sedang mengalami masalah. Mereka hidup rukun dan tenteram. Penduduknya bekerja sebagai nelayan menangkap ikan di laut, rawa-rawa, dan sungai. Ada yang berladang menanam ubi, jagung, betik, dan sayur-sayuran di ladang, bertani menanam padi di sawah tadah hujan. Ada juga yang berdagang dan berlayar ke pulau dan negeri seberang laut.
Letak kampung yang dekat laut membuat kampung itu terkenal dan ramai didatangi oleh orang-orang dari pelbagai penjuru negeri. Ada yang hanya singgah untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju negeri seberang laut. Ada pula yang datang untuk berdagang dan memilih untuk bermukim di kampung itu. Semua yang datang dan pergi mesti melapor kepada penghulu. Hal itu bertujuan agar penghulu dapat mengetahui jumlah pertambahan penduduk dan masalah-masalah yang menyertainya.
Sudah beberapa minggu belakangan penduduk risau. Mereka tidak tenteram lagi karena beberapa ekor ternak kambing mereka hilang. Penduduk mencurigai Budin yang mencurinya, namun mereka tidak punya bukti. Oleh karena mereka tak ingin berburuk sangka, mereka segera melaporkan kecurigaan mereka kepada penghulu.
Lanjutkan Membaca >>

29/07/15

Si Pandir Bersemadi


Entah apa agaknya nan ada di benak si Pandir. Tiba-tiba saja dia gemar bersemadi. Dia bersemadi tidak di dalam gua, di pulau-pulau kosong, di puncak-puncak bukit dan gunung, atau di tempat-tempat yang dianggap keramat oleh orang. Dia bersemadi di depan tumpukan buku-buku. Dia melihat cahaya nan lain dari cahaya-cahaya biasa yang pernah dilihatnya. Cahaya itu seolah-olah seperti seseorang yang buncit perutnya dengan posisi tidur. Si Pandir sering melihat sosok itu di dunia nyata. Sosok yang dipuja-puja oleh banyak orang karena kebijaksanaannya.
Lanjutkan Membaca >>

Manifesto Politik Si Pandir


Rakyat, khususnya si Pandir sendiri, sudah muak dengan perangai partai-partai politik di Negara Kaya Batu. Si Pandir tidak akan mengatasnamakan siapa pun juga dalam menulis manifesto ini. Ini adalah manifesto pribadi. Si Pandir maklum bahwa pribadi-pribadi membentuk bangsa. Tiada bangsa nan dapat melepaskan diri dari pandangan politik pribadi-pribadi yang hidup di Negara Kaya Batu dan tiada pribadi yang dapat mengabaikan pandangan politik bangsanya.
Lanjutkan Membaca >>

LABIRIN SASTRA


Dua orang manusia yang masih gagah sedang asyik bercakap-cakap di sebuah ruang santai Rumah Penyembuhan Sakit Mental (RUHANTAL). Manusia pertama memakai kacamata besar dan manusia kedua memegang sebuah buku besar berwarna hitam. Mereka berdua dikenal oleh penghuni RUHANTAL sebagai Orang Gila dan Orang Pesong. Sebelum mereka masuk RUHANTAL untuk dirawat, Orang Gila dikenal sebagai Orang Paling Cerdik dan Orang Pesong dikenal sebagai Orang Paling Licik. Entah apa sebabnya mereka jadi berganti nama dan masuk RUHANTAL.
Lanjutkan Membaca >>

Menulis adalah Membaca


Mengapa aku mengatakan menulis adalah membaca. Apakah ini hipotesis?  Mungkin sudah ada pakar bahasa dan sastra, pakar bahasa, dan pakar sastra yang menyatakan bahwa menulis adalah membaca, tetapi aku belum pernah membaca untuk bisa menukil pendapat-pendapat mereka. Ada eloknya aku mencoba memberikan pendapatku sendiri untuk memperkuat asumsiku tersebut. Jika pendapat-pendapatku keliru, asumsiku bisa disangkal, dilengkapi, dan diperbaiki.
Lanjutkan Membaca >>

13/06/15

BOLA

bola
bola itu
ada yang sebesar
bola golf
bola pingpong
bola biliar
bola kasti
bola takraw
bola voli
bola sepak
itu bola untuk olahraga.
ada juga bola lain
bola lain itu
jangan dipicu
nanti musnah bola bumi
sekalian peradaban makhluknya.

AHAS, 08 Juni 2015

Lanjutkan Membaca >>

SI PANDIR & PERMAINAN RAKYAT DI NEGERI KAYA KEDIP


Si Pandir teringat pula beberapa permainan yang pernah dimainkan bersama kawan-kawannya ketika masih anak-anak. Setiap permainan anak-anak itu memiliki aturan main tersendiri. Aturan main dinamis sesuai dengan kesepakatan anak-anak yang memainkan permainan. Hanya sayangnya beberapa permainan yang pada mulanya bertujuan untuk kegembiraan, keceriaan, dan persahabatan berakhir dengan perkelahian satu lawan satu hingga tawuran. Hal itu terjadi akibat aturan-aturan permainan dilanggar. Berikut ini adalah permainan-permainan tersebut:
Lanjutkan Membaca >>

24/05/15

KAMPANYE BUSUK


Tersebutlah pada sebuah Negeri Kaya Kedip di Negara Kaya Batu sedang hangat dengan perbincangan tentang ASKDIMEGA (apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana) dalam memilih calon pemimpin Negeri yang baru. Si Pandir dan Si Cerdik, begitu nama keduanya, tengah asyik berdiskusi tentang hal itu. Sementara si Telinga Lancip mendengar, dan si Mata Tajam melihatnya. Begini kira-kira percakapan antara si Pandir dan si Cerdik...
Lanjutkan Membaca >>

PERANG DUA RAJA


             Gelanggang pertempuran sudah terbentang. Warna-warna hitam dan putih jelas sekali terlihat dipandangan mata. Bunyi peringatan untuk segera memulai perang sudah pula terdengar jelas di telinga. Tiada lagi keraguan dan kebimbangan. Perang segera dimulai. Dalam pertempuran ini pasti ada yang menjadi pemenang dan menikmati kekalahan. Tak ada kata menang jadi arang dan kalah jadi abu sebab ini adalah perang untuk satu tujuan yaitu meraih kemenangan. Kawan atau lawan sudah terpetakan. Strategi, taktik dan jebakan silih berganti akan diperlihatkan. Ketiganya acap kali disembunyikan meski memperlihatkan gerakan dalam langkah dan diam. Tiada warna-warni biru, hijau, kuning, merah, oranye, ungu dan abu-abu. Dalam pertempuran ini hanya ada putih dan hitam. Salah satu harus menjadi pemenang. Kalau tidak hitam pastilah putih. Jika tidak putih mestilah hitam. Tidak ada hitam putih menjadi pemenang dalam pertempuran ini.
Lanjutkan Membaca >>

05/04/15

Bengkel Sastra 2015 : Upaya Memperluas Cakrawala dan Mempertinggi Horizon Harapan.

Hari Pertama.

    Ketika orang mendengar, melihat,dan membaca frase Bengkel Sastra, imajinya mungkin akan tertuju ke sebuah bengkel tempat memperbaiki dan merawat kendaraan bermotor, dan mesin-mesin. Dalam Kamus Bahasa Indonesia terbitan Pusat Bahasa tahun 2008, kata bengkel memiliki tiga arti yakni, 1) tempat memperbaiki mobil, sepeda, dan sebagainya; 2) pabrik kecil, tempat tukang-tukang bekerja; 3) tempat berlatih sandiwara, dan sebagainya. Arti ketiga adalah yang paling tempat untuk menjelaskan tentang Bengkel Sastra, yaitu sebuah tempat untuk berlatih menulis dan mempraktikkan sastra.
    Bengkel Sastra 2015, yang akan saya kisahkan ini memang benar-benar terjadinya peristiwanya bukan sekadar kisah saja, diselenggarakan selama tiga hari oleh Balai Bahasa Provinsi Riau (BBPR), mulai 27 Maret 2015 sampai 29 Maret 2015. Lokasinya di ruang pertemuan Lantai 2 dan Aula Sri Tun Lanang SMKN 2 Dumai. Kegiatan yang diikuti oleh 100 orang peserta ini terdiri dari bimbingan penulisan kreatif untuk guru-guru, dan musikalisasi puisi untuk siswa-siswa di Dumai. Bimbingan penulisan kreatif oleh Drs. Agus Sri Danardana, M.Hum., Hary B. Kori’un, Marhalim Zaini, dan Jefri Al Malay. Sedangkan untuk musikalisasi puisi, dibimbing oleh pakar musikalisasi puisi, yakni Andri S. Putra atau yang dikenal juga dengan nama Ane Matahari, Zalvandri atau Mat Rock, dan Marhalim Zaini. Mereka adalah orang-orang yang tidak perlu diragukan lagi kemampuannya dalam ihwal penulisan kreatif, dan musikalisasi puisi. 
Lanjutkan Membaca >>

19/01/15

TITAH


TITAH

Suara-suara
 itu berbunyi
dalam telinga kiri dan telinga kananku,
Wahai pendengar
katakan kepada mereka
Beta menuntut janji atas perjanjian
atas segala mata air abadi, takhta dan hilangnya nasab
katakan kepada mereka
agar tuntutan Beta segera dipenuhi
Barang siapa mengingkari perjanjian dengan Beta
Beta bersumpah menuntun
 sekalian darah Beta menuntut bela
atas segala air mata abadi, punah dan nestapa yang tumpah
katakan kepada mereka
Beta menuntun
bintang kesembilan menuju cahayanya
katakan kepada mereka
bahwa sekalian darah Beta akan bergejolak
Aku tafakur
gasab, hasab dan nasab
bertatahkan
makna.

18012015

Lanjutkan Membaca >>

BUKAN OBROLAN BIASA


Hidupkan musiknya  biar makin asyik. Putar saja lagu Dimensi Keempat dari Wafat. Usah lupa siapkan beberapa cangkir kopi hitam.

Tukang Pikir        : Kita harus menjadi bangsa yang unggul.
Tukang Tulis        : Menjadi atau jadi?
Tukang Pikir        : Menjadi saja.
Tukang Cerita      : Ya. Aku sepakat. Kita harus menjadi bangsa yang unggul.
Tukang Tanya      : Apa saja keunggulan dari bangsa kita ini?
Tukang Pikir       : Ada banyak keunggulan dari bangsa ini. Kelak rumus teleportasi akan ditemukan oleh bangsa ini.
Tukang Tulis        : Teleportasi atau transportasi.
Tukang Pikir        : Teleportasi. Digarisbawahi pakai spidol merah.
Tukang Cerita      : Ya. Teleportasi.
Tukang Tanya      : Kamu paham apa itu teleportasi?
Lanjutkan Membaca >>

BERSAHABAT INGAT


Aku hendak menulis puisi tentang pot dan dadu, tentang tukang pikir, tukang tulis, tukang baca, tukang protes, tukang antar, tukang jalan, tukang kayu, tukang sampah dan tukang-tukang lainnya. Tiba-tiba ada terdengar suara dalam telinga kanan dan telinga kiriku,
“Ini ada metronom, mikroskop, mikrofilm, mikroprosesor dan mikrofon…”
 Aku hanya diam saja dan mengangguk-anggukkan kepala sebab sedang asyik mendengar lagu berjudul Masih Rahasia dari Thrashline. Apakah suara-suara itu berasal dari naluri, intuisi, kabar dari dimensi keempat atau kelima, gelombang otak yang berubah-ubah sebab pikiran rumit dan pikiran ini dihalangi agar tidak sampai ke langit ketujuh atau mungkin hanya sebatas imajinasi. 

Lanjutkan Membaca >>