27/11/15

puisi


Ayam Bangkok

ayam Bangkok berkokok
menjelang fajar
itu tandanya sudah pagi

ayam Bangkok berkokok
menjelang tengah malam
itu tandanya  dia begadang

ayam Bangkok mematuk taji
menjelang laga
itu tandanya pemanasan raga

ayam Bangkok mengepakkan sayap
menjelang gelanggang
itu tandanya beregang-regang

ayam Bangkok sendiri
bagai anggota pasukan berani mati
ada musuh pantang lari

ayam Bangkok menang sabung
masuk sangkar berselubung
kalah keluar ubung

ayam Bangkok itu
memang jago
bukan jago kandang,
tetapi jago di gelanggang.

Dumai, November 2015


Kucingku Belang Tiga

Kucing belang tigaku,
belangnya berwarna kuning, hitam, putih
Kucingku mengeooong
Kucingku mengeooong
Kucingku tidak makan roti
Kucingku tidak makan keju
Kucingku hanya makan nasi
Kucingku juga makan ikan asin
Kucingku makan di piring kanso
Kucingku mati ketika mengigit jariku
Kucingku mati,
ku kubur dia dalam sunyi.

Dumai, November 2015

Orang Minyak

O ada orang minyak
anak-anak pun berlarian masuk rumah
di suatu senja
sembilanbelas delapan puluh delapan.

O mungkin
ada orang-orang baru pulang,
pulang kerja dari kilang pengolahan minyak
atau mungkin dari bengkel mesin,
tidak sempat membersihkan diri
nan berlumuran minyak bumi dan oli.

O semua gemar mengimak,
tiada nan mau menyimak
sejarah pun penuh semak.

 Dumai, November 2015

Garuda

wahai Garuda
dimanakah engkau gerangan berada?
aku berbisik memanggilmu.

wahai Garuda
kepakkanlah kedua sayapmu
kibaskan angin menderu
biar terpental musuh-musuhmu.

wahai Garuda
biarpun aku tidak pernah melihatmu,
aku pernah mendengar
tikus-tikus kelaparan ingin mengigit kedua sayapmu.

wahai Garuda
aku kelak akan membebaskanmu
jika sungguh linu leher dan cakarmu.

wahai Garuda
terbanglah
terbanglah
terbanglah tinggi

wahai Garuda
jagalah paruhmu
jagalah tamengmu
jagalah dadamu

wahai Garuda
sudah lama raksasa nan buas itu ingin menyemburmu,
dia melintasi lautan luas.

wahai Garuda
kibaskan kedua sayapmu
biar badai di lautan.

wahai Garuda
biarkan aku mengendarai badai itu,
agar kutenggelamkan musuhmu ke dasar lautan.

 Dumai, Oktober 2015

Kegelapan 
Bukan aku nan merayu,
menyaru,
menyeru,
dan meluru kegelapan

Kegelapan nan merayu,
menyaru,
menyeru,
dan meluruku berulang-ulang
agar aku gila dalam kegelapan

meski kegelapan
malih rupa, malih suara dan malih raga
aku selalu dapat mengenalinya
mata merahnya
dengus napasnya
adalah tanda
kegelapan itu
teramat ingin aku gila dalam kegelapan

Demi roh nan abadi dalam ragaku
Demi jiwa-jiwa nan terlahir di bulan Sextilis
Demi Sextus
Demi bulan keenam nan berganti nama
Demi Lion nan dinaungi matahari
Demi Regulus, Sang Alpha Leonis
Demi ekuinoks pada konstelasiNya

Kegelapan itu teramat ingin
memanggil kebinatangan dalam diriku

Kegelapan itu meluru
dari segala penjuru mata angin
empat penjuru mata angin
delapan penjuru mata angin
tiga puluh dua penjuru mata angin

O manusia-manusia
nan terlahir 
ketika bintang nan paling cemerlang
berada pada konstelasiNya,
jagalah jiwa dan ragamu
agar tidak gila dalam kegelapan
karena kegelapan tidak hanya merayuku,
tetapi juga merayumu.

Dumai, November 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar