23/07/17

DUHAI KEKASIH


Aku menulis puisi lagi…

Sejak Januari 2017 sampai Juli 2017, aku sudah menulis 70 puisi di media sosial Facebook. Puisi-puisi tersebut memang tidak ada yang menyeleksinya. Aku sendiri yang memilih dan memilah puisi-puisiku sendiri. Puisi-puisiku, dan juga puisi-puisi yang ditulis oleh pemuisi dan penyair lain belum tentu dianggap berkualitas oleh Badan Sensor Sastra Negeri Bla Bla Bla, atau Yayasan Puisi Negeri Bla Bla Bla.
Biarlah dianggap gila puisi daripada diduga gila korupsi. Pada tahun-tahun sebelumnya, aku sudah menuliskan dan mencatat beberapa keinginan rakyat. Aku juga sudah menuliskan cerita pendek, naskah monolog, esei sastra, esei budaya, opini, kritik, komentar, kritik sastra, dan naskah novel. Sekali-sekali, datang pula ide buat menulis lirik lagu. Aku pun menuliskan puisi untuk lirik lagu. DUHAI KEKASIH, aku sedang SOLITUDE karena dalam kesunyian juga selalu dibayangi PANDEMONIUM.
Aku pun menuliskan lagi tiga puisiku yang sudah diunggah diriku di media sosial Facebook untukmu Duhai Kekasihku.

Duhai Kekasih

Duhai kekasih rinduku bergelora
Duhai kekasih harapanku bermetafora
Aku nyanyikan desau asmara
Cumbunya bagai irama orkestra

Dawai-dawai cinta bermelodi
Denting jiwanya memukau
Igau diriku akan engkau
Mencintaiku dengan abadi

Duhai kekasih rinduku berbinara
Duhai kekasih harapanku dalam anafora
Aku gubah pancarona pesona aksara
Dekapanmu buat syahdu hidupku

25/6/2017

(“Pancarona” atau “Pesona”? Mestinya “pesona”, tetapi begitulah adanya.)


Solitude

Matahari bersinar terang
Bulan bercahaya benderang
Pasang purnama kuala cinta
Arusnya mengalirkan manta

Matahari bersinar terang
Bulan bercahaya benderang
Benua-benua di ambang kelam
Nyala nurani dalam nalam

Matahari bersinar terang
Bulan bercahaya benderang
Gelisah negeri tenggelam
Hanya padaNya doa alam

Matahari bersinar terang
Bulan bercahaya benderang
Tenteramkan riaknya bimbang
Damailah seluruh gelombang

7/7/2017

Pandemonium

Matahari semakin suram
Bulan ikut bertambah muram
Surut gelap ambang gelisah
Riaknya mengguncang belasah

Matahari semakin suram
Bulan ikut bertambah muram
Benua-benua dalam kelesah
Redup nurani saling sesah

Matahari semakin suram
Bulan ikut bertambah muram
Peradaban pun serbasusah
Sejarahnya khayalan kisah

Matahari semakin suram
Bulan ikut bertambah muram
Disharmoni di musim dingin
Gunung lembah laut berangin

21/7/2017

Selamat merayakan Hari Puisi Indonesia, 26 Juli 2017, dengan gembira gegap gempita, Duhai Kekasihku nan selalu memukau diriku. Sejatinya, setiap hari adalah hari puisi bagiku diriku sendiri.
Ingatlah bahwa bintangnya Chairil Anwar, bintang sastra Indonesia nan hari kelahirannya dijadikan Hari Puisi Indonesia dan hari kematiannya dijadikan sebagai Hari Puisi Nasional, adalah Leo. Luar biasa istimewanya bintang sastra nan wafat di usia muda tersebut. Begitulah dunia. Setiap zaman mempunyai bintangnya masing-masing nan beredar di orbitnya.

Lanjutkan Membaca >>