21/12/12

Surat Untuk Emak 1997

Surat yang ditulis olehku pada tanggal 19 Desember 1997 sempena Lomba Menulis Surat untuk Ibu pada Hari Ibu tahun 1997 di salah satu Sekolah Menengah Atas yang pernah direncanakan menjadi lokasi demonstrasi. Demonstrasi itu tak jadi akibat kawan-kawanku kecolongan gerakannya dibubarkan oleh aparat setelah sehari sebelumnya kawan-kawan sepakat untuk unjuk rasa. Kalau kau ingat gambar empat ekor babi yang dapat malih rupa menjadi seorang manusia maka niscaya kau akan ingat jalan ceritanya.

Entahlah pada saatnya itu euphoria unjuk rasa terjadi dimana-mana meskipun tak separah euphoria-euphoria terkini dalam ganasnya libasan globalisasi. Di tahun itu pula banyak Ibu yang kehilangan anak-anaknya dan banyak anak yang kehilangan Ibunya. Semua itu terjadi hanya tersebab Ibu Pertiwi sudah dikuasai oleh tirani dan tidak lagi mencintai anak-anak bangsanya yang membuatnya berdaulat.

Sekarang aku tidak pernah menulis surat lagi untuk Emakku sebab sudah ada sms dan telepon genggam sebagai alat komunikasi. Pernah ku ajarkan Emakku bagaimana cara menggunakan video chatting, chatting dan update berita terkini melalui internet namun Emakku hanya tersenyum dan berkata tak usahlah sebab yang penting sekali seminggu telpon jugalah Emakmu ini.

Nah untuk anak-anak yang Emaknya sudah paham dengan media sosial di internet maka melalui media sosial itupun engkau dapat memberikan pesan-pesan dan kabar terbaru tentang dirimu. Jangan sampai sudah hilang dan menjadi mayat baru dikirimkan berita dan kalungmu.


Kepada Yth.
Emakku

Assalamualaikum wr. wb

Apa kabar Emak? Aku mendoakanmu agar selalu sehat walafiat lahir dan bathin.
Lanjutkan Membaca >>

12/12/12

Terima Kasih

 
…air pasang bawa ke insang, air surut bawa ke perut – biar putus jangan rabut

A, terkait insang

(Cik Mat karya Soeman HS dalam Kawan Bergelut)

Apa pasal dikutip pula cerita Cik Mat kawan?

Sebab sebentuk tulisan mengenai Atah Roy dan Leman Lengkung karya Hang Kafrawi (maaf Hang sebab tertulis Lemang…) sudah terkait dimuat dalam Riau Pos Edisi Ahad, 09 Desember 2012. Meski ada beberapa bagian yang disunting namun tidak mengurangi maksud dan tujuannya. Setidaknya bertambah pula pemahaman bahwa tulisan-tulisan berupa esai mesti benar-benar mengikuti kaedah yang ada, apalagi kalau hendak dikirim ke media cetak yang terikat dengan kode etik jurnalistik.

Lanjutkan Membaca >>