Wahai Belut
ini ode untukmu
dari dadaku
Wahai Belut
licin tiada bersisik
hidup dalam air, lumpur dan kabut
Wahai Belut
engkau tenang di liang
meski cangkul, bajak, kerbau dan traktor
menggempur tanah, air, batu dan lumut
Wahai Belut
sungguh besar jasamu
buat manusia kenyang mengisi perut
tertawa-tawa bermain botol dan Belut
Wahai Belut
tiada pernah pagut memagut
apalagi belit membelit
sampai rabut merabut
Wahai Belut
jaga diri jangan kalut
maaf jika daku salah sebut,
banyak kentut dan menuntut
Wahai Belut
acap kali ada sakit dan ribut
dalam perut
bawah perut
atas lutut
pada lutut
hingga lupa sudah panjang sungut dan janggut
Emak dan Ayah pun lelah dengar daku bersungut-sungut
apalagi terlepas pula carut juga karut
sungguh itu tidak patut
daku pun manggut-manggut
Wahai Belut
iman bagai air laut nan pasang surut
semoga selalu maujud
dalam sujud dan tahajud
Wahai Belut
lama tafakur daku tiada cemberut
perbanyak menyebut
hidup sebangsa mesti sesuai alur dan patut
Wahai Belut
asal usulmu adalah ilmu lanjut
obat silang sengkarut
cegah sikut menyikut juga hasut
Wahai Belut
dua puluh sembilan tahun nan lalu
daku belajar mencarimu di tengah sawah, Belut
engkau datang padaku meluncur dari pancuran
daku terkejut
Wahai Belut
ijinkan daku mengucapkan:
salut daku padamu Belut.
AHAS, 13 Oktober 2014
(Angka 99 pada Blog Sastra Hukmi99 mengacu pada tahun 1999, tahun
kelulusan dari SMA dan tahun masuk belajar di tingkat pendidikan selanjutnya.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar