Aku hendak menulis puisi tentang
pot dan dadu, tentang tukang pikir, tukang tulis, tukang baca, tukang protes,
tukang antar, tukang jalan, tukang kayu, tukang sampah dan tukang-tukang
lainnya. Tiba-tiba ada terdengar suara dalam telinga kanan dan telinga kiriku,
“Ini ada metronom,
mikroskop, mikrofilm, mikroprosesor dan mikrofon…”
Aku hanya diam saja dan
mengangguk-anggukkan kepala sebab sedang asyik mendengar lagu berjudul Masih Rahasia dari Thrashline. Apakah suara-suara itu berasal dari naluri, intuisi,
kabar dari dimensi keempat atau kelima, gelombang otak yang berubah-ubah sebab
pikiran rumit dan pikiran ini dihalangi agar tidak sampai ke langit ketujuh atau
mungkin hanya sebatas imajinasi.
Di luar rumah terdengar
suara tukang kara-kara sedang lewat dan berteriak,
“Kara kara, kara kara,
barang bekas, barang bekas….kara kara….kara kara.”
Tukang kara-kara itu adalah
tukang loak yang kerjanya berkeliling membeli barang-barang bekas yang dianggap
sampah tidak berguna oleh masyarakat. Ada yang bilang barang-barang bekas
adalah sampah tidak berguna. Ada juga yang berkata bahwa sampah adalah emas. Jika
sampah menjadi emas lantas emas menjadi apa. Ada pula nan berpuisi,
…
Ciri-ciri
Negeri Para Bedebah
Itulah
negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi
rakyatnya makan dengan mengais sampah*
…
Kata
kara-kara itu entah dari mana
asalnya. Memang kata kara dalam kamus
bahasa Indonesia yang merupakan nama tumbuhan sejenis kacang-kacangan. Tukang kara-kara
bukan tukang kacang. Tukang kacang biasanya menjual kacang rebus. Ada juga nan
namanya tukang kacang-kacang. Semua orang dikacang-kacanginya, diolah sesuai
dengan keinginannya. Dia mengacang-ngacangi banyak orang dari mulai rakyat nan
biasa-biasa saja sampai orang-orang yang kerjanya sebagai tukang mengurus
rakyat. Ah, itu bukan tukang kacang yang menjual kacang rebus namun tukang
kecoh alias pembengak sejati. Tiap-tiap tukang itu ada nan sejati dan ada pula
yang imitasi. Begitu juga dengan pemimpin. Ada pemimpin sejati dan ada pula
pemimpin imitasi.
Ahai…
Aku
mendengarkan lagu berjudul Ciptaan
Kebencian dari Trauma sembari
menghembuskan asap rokok dan meneguk air akar bersantan tanpa perasan jeruk
nipis. Terasa nikmat sekali. Dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan ada 19
jenis Jeruk.
Suara
itu kembali berkata,
“Ini ada metronom,
mikroskop, mikrofilm, mikroprosesor dan mikrofon…”
Aku
berkata,
“Aku
belum pernah melihat dan mempelajari tentang mikrofilm.”
Suara
itu tidak menyahut.
Alunan
lagu berjudul Pasukan Berani Mati
dari Betrayer terdengar begitu jelas.
Kata betrayer dalam sebuah kamus
bahasa Inggris sinonim dengan kata treachery.
Ahai…
Ohai…
Ohoi…
Aku
bersahabat ingat…
Aku bersahabat ingat…
Aku bersahabat ingat…
Sepertinya beres diskusi
dengan tuan nan tunak…Aku lebih memilih mikrofon dan belajar menelaah saja meski
ada ragi, shallow drum dan taring nan
terlupakan.
Wahai sekalian sahabat,
kawan, teman, rekan, kanti, bendu, dongan, handai, ikhwan, karib, kenalan,
kroni, mitra, pengikut, perepat, rafik, rodong, saki, saudara, sejawat, sekutu,
sobat, konco, kompanyon, kolega, tolan, sanak dan taulan…
sealam semesta
sebumi dan selangit
sebenua
sebangsa setanah air
Belumkah
datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka,
(yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri
yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa
keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan
tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
(Al-Quran Surah At Taubah 9:70)
* Puisi Negeri
Para Bedebah – Adi Massardi.
Daftar
Dengar Lagu:
1.
Galang
Rambu Anarki - Iwan Fals
2.
Kasih
Jangan Kau Pergi - Bunga
3.
Di
Antara Bintang - Hello
4.
Bantu
Aku Membencimu - La Luna
5.
Here
Forever - PAS Band
6.
Bocah
- PAS Band
7.
Masih
Rahasia – Thrashline
8.
Ciptaan
Kebencian – Trauma
9.
Pasukan
Berani Mati - Betrayer
10.
Sangkakala
– Plincore
11.
Dimensi
Keempat – Wafat
12.
Diskriminasi
– Petasan
13.
Ratata
Boom – Banana Split
Tidak ada komentar:
Posting Komentar