Aku menulis
puisi lagi…
Sejak Januari 2017 sampai
Juli 2017, aku sudah menulis 70 puisi di media sosial Facebook. Puisi-puisi
tersebut memang tidak ada yang menyeleksinya. Aku sendiri yang memilih dan
memilah puisi-puisiku sendiri. Puisi-puisiku, dan juga puisi-puisi yang ditulis
oleh pemuisi dan penyair lain belum tentu dianggap berkualitas oleh Badan Sensor
Sastra Negeri Bla Bla Bla, atau Yayasan Puisi Negeri Bla Bla Bla.
Biarlah dianggap gila puisi
daripada diduga gila korupsi. Pada tahun-tahun sebelumnya, aku sudah menuliskan
dan mencatat beberapa keinginan rakyat. Aku juga sudah menuliskan cerita
pendek, naskah monolog, esei sastra, esei budaya, opini, kritik, komentar,
kritik sastra, dan naskah novel. Sekali-sekali, datang pula ide buat menulis
lirik lagu. Aku pun menuliskan puisi untuk lirik lagu. DUHAI KEKASIH, aku
sedang SOLITUDE karena dalam kesunyian juga selalu dibayangi PANDEMONIUM.
Aku pun menuliskan lagi tiga
puisiku yang sudah diunggah diriku di media sosial Facebook untukmu Duhai
Kekasihku.
Duhai Kekasih
Duhai
kekasih rinduku bergelora
Duhai
kekasih harapanku bermetafora
Aku
nyanyikan desau asmara
Cumbunya
bagai irama orkestra
Dawai-dawai
cinta bermelodi
Denting
jiwanya memukau
Igau
diriku akan engkau
Mencintaiku
dengan abadi
Duhai
kekasih rinduku berbinara
Duhai
kekasih harapanku dalam anafora
Aku
gubah pancarona pesona aksara
Dekapanmu
buat syahdu hidupku
25/6/2017
(“Pancarona”
atau “Pesona”? Mestinya “pesona”, tetapi begitulah adanya.)
Solitude
Matahari
bersinar terang
Bulan
bercahaya benderang
Pasang
purnama kuala cinta
Arusnya
mengalirkan manta
Matahari
bersinar terang
Bulan
bercahaya benderang
Benua-benua
di ambang kelam
Nyala
nurani dalam nalam
Matahari
bersinar terang
Bulan
bercahaya benderang
Gelisah
negeri tenggelam
Hanya
padaNya doa alam
Matahari
bersinar terang
Bulan
bercahaya benderang
Tenteramkan
riaknya bimbang
Damailah
seluruh gelombang
7/7/2017
Pandemonium
Matahari
semakin suram
Bulan
ikut bertambah muram
Surut
gelap ambang gelisah
Riaknya
mengguncang belasah
Matahari
semakin suram
Bulan
ikut bertambah muram
Benua-benua
dalam kelesah
Redup
nurani saling sesah
Matahari
semakin suram
Bulan
ikut bertambah muram
Peradaban
pun serbasusah
Sejarahnya
khayalan kisah
Matahari
semakin suram
Bulan
ikut bertambah muram
Disharmoni
di musim dingin
Gunung
lembah laut berangin
21/7/2017
Selamat merayakan Hari Puisi
Indonesia, 26 Juli 2017, dengan gembira gegap gempita, Duhai Kekasihku nan
selalu memukau diriku. Sejatinya, setiap hari adalah hari puisi bagiku diriku
sendiri.
Ingatlah bahwa bintangnya Chairil
Anwar, bintang sastra Indonesia nan hari kelahirannya dijadikan Hari Puisi Indonesia dan hari
kematiannya dijadikan sebagai Hari Puisi Nasional, adalah Leo. Luar biasa istimewanya bintang sastra nan wafat di usia muda tersebut. Begitulah dunia. Setiap zaman mempunyai
bintangnya masing-masing nan beredar di orbitnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar