Buku yang isinya diedit
oleh Misdiono dan disusun oleh MC Studio (Bg Iwang agaknya) merupakan
sebuah karya sastra non fiksi sebab buku ini memuat profil (biografi)
delapan belas (18) seniman Kota Dumai yang aktif dalam kesenian dan
berkesenian sesuai bidangnya masing-masing.
Buku Profil Seniman Kota Dumai diterbitkan oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Dumai Tahun 2004.
Mungkin kawan-kawan yang
‘wanna be’ seniman tunak dan terlahir untuk menjadi
seniman perlu membaca buku ini. Jika perlu silaturahim dan
berkomunikasi dengan seniman-senimannya selagi mereka masih hidup
sehingga dapat sedikit kurangnya mengambil semacam ‘berkat’ atau
pembelajaran dari pengalaman mereka dalam berkesenian.
Beberapa nama Seniman Kota Dumai versi Buku Profil Seniman Kota Dumai 2004:
- H. Kasiarudin, SH (Penyanyi) – “Pak Hilal” (Ketua DKD 2000-2004)
- Hendriyadi (Perupa, Seniman)
- Idris Derasip (Musisi Gambus)
- Muhammad Daud (Musisi Gambus, Seniman)
- Abu Bakar Ali (Sastra, Pemantun)
- Mohammad Ja’far Lodawaru (Musisi, Biola, Seniman)
- H.Husni Thamrin (Sastra, Pantun)
- Abdul Hamid (Musisi, Pencipta Lagu) – “Yong Hamid”
- Muhammad Imran (Sastra, Pantun) – “Pak Imran Kumis”
- Mahmud Wahab (Pelukis)
- Erniza (Tari, Koreografer)
- Mufti E Dam (Teater, Musik, Pencipta Lagu)
- Elya Zusra (Tari, Koreografer) – “Ibu Era”
- Darwis (Sastra, Penyair, Aktivis Lingkungan Hidup, Ketua PAB)
- Rozali (Musisi, Gitaris, Band, Seniman) - ‘Yong Jali’
- Suryafid (Teater, Sutradara)
- Kamartias (Perupa, Pelukis, Teater, Sastra, Seniman) - “Tyas AG” (Ketua DKD 2005-2006)
- Endong (Perupa, Seniman)
Pernahkah kawan-kawan
mendengarkan cerita tentang seorang seniman yang dipenjara sebab
berkesenian dan tunak dalam kesenian? Belum? Nanti saya terbitkan
ceritanya. Semoga ada manfaatnya agar satu dunia paham mengapa
ada seorang seniman dapat dipenjara di Kota Dumai karena berkesenian dan keseniannya.
Berkali-kali terjadi banyak seniman di berbagai belahan dunia di
penjara sebab berkesenian dan kesenian. Seperti Pablo Neruda yang
dipenjara dan dibuang lebih karena ideologinya tidak disenangi
pemerintah Amerika Serikat, faktor kudeta dan perebutan kekuasaan di
Chili pernah mengeluarkan pernyataan yang terkenal yakni Carilah —
hanya ada satu benda yang berbahaya untuk kalian di sini — puisi.
Di saat itu Pablo Neruda gemar berkesenian khususnya seni kata-kata
melalui puisi-puisinya.
Berbahayakah berkesenian?
Ya, jika isi keseniannya membuat gerah raga, menipiskan telinga,
memedihkan mata, memahitkan lidah, memekakkan telinga dan membuat
kesal orang-orang yang tidak suka dengan isinya. Kesenian untuk apa?
Entahlah…Saya mau tanya dengan seniman-seniman dulu.
Dunia kesenian bak sebuah
biduk besar yang berisikan berbagai macam seniman yang hendak menuju
pulau atau bagaikan pesawat luar angkasa yang memuat astronot-atronot
kreatif yang hendak membangun rumah, kolam dan rumah makan di Bulan.
Sudah lama dunia katak dalam tempurung diubah paradigmanya sebab
sekarang dunia dalam satelit. Setiap ucapan, kalimat dan perbuatan
seniman di’satelit’kan. Entahlah (Agaknya saya meminjam
‘entahlah’ Agoes Budianto atau Agoes S.Alam). Tidak harus mendapat stempel kata
beliau. Stempel, cap, tera, segel, merek atau label….entahlah.
Saya tidak punya ‘cap’
jadi jangan sekali-sekali ‘cap’ saya dengan ‘cap-cap’ fobia
tak jelas itu. Saya agaknya tidak seniman, tidak pula sastrawan,
tidak juga musisi sebab saya hanyalah seseorang yang sedang belajar
menulis yang senang menikmati seni, sastra dan musik. Gerah dengan
puisi-puisi saya? Tak usah saja dibaca dan didengar. Habis cerita.
Kalau mau lanjut cerita sampai tiga hari tiga malam boleh juga asal
ada kopi ginsengnya. Saya kelakar saja kawan.
Beberapa hari yang lewat
saya dihubungi kawan-kawan dari Komunitas Musisi Dumai untuk
menyiapkan sebuah majalah musik yang berisikan tentang informasi,
berita dan berbagai hal terkait perkembangan duni musik. Saya
nyatakan siap menjadi semacam ‘kontributor’ penulis atau membantu
kawan-kawan di Tim Redaksi. Saya pernah pula ditawari oleh seseorang
untuk bergabung di media berita online namun saya tidak dapat
bergabung menjadi wartawan maupun adminnya sebab saya tidak seorang
jurnalis. Namun siapkah kawan-kawan KOMID bekerja dalam kerja-kerja
seperti ini tanpa ditunggangi? Ditunggangi?Ditunggangi?
Seberapa besarkah gerahnya mereka Kawan sehingga mereka 'mencuri' dengan data recovery isi 'flash drive' saya? Curilah 'isi' kepala saya namun sekali-sekali kalian tak dapat membelokkan 'tujuan' yang telah ditetapkan. Hati-hati Kawan! Hati-hati! Saya kelakar saja.
15 Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar