Bukan Sekadar
Risalah Dalam Rumah Keragaman dan Rumah Kekaryaan
Reportase Bebas
Sebebas Sinar Matahari Tentang Pertemuan Penyair Nusantara VI dan
Seminar Internasional Perpuisian Nusantara
26 Desember 2012
– 27 Desember 2012
Ini
ditulis sebagai salah satu bentuk rasa terima kasih kepada
kawan-kawan baru di Taman Budaya Jambi, Panitia PPN VI, kawan-kawan
baru dari peserta PPN VI, Liason Officer PPN VI dan Dewan Kesenian
Dumai yang telah berkenan menerima jabat tangan, salam sapa dan
mendukung keberadaan saya dalam menghadiri PPN VI Jambi baik itu berupa dukungan
biaya transport, senyuman, diskusi, saran dan kritikan.
Catatan ini ditulis pada awal januari 2013 dengan mendengarkan video penampilan Teater Alif yang luar biasa dengan musikalisasi puisi (atau puisi yang diiringi oleh musik dan lagu, entahlah ada semacam perdebatan pula agaknya tentang mana yang lebih sesuai musikalisasi puisi, puisi yang diiringi musik atau kolaborasi puisi dengan musik). Serasa mendengar lagu dari Restless dari Ujung Berung sebab ada nuansa gothic vokalnya atau bisa jadi memang cengkok vokalnya memang khas seperti itu. Semoga video-video penampilan Teater Alif lainnya dapat dipublikasikan oleh Dewan Kesenian Jambi sekalian dengan Teater Kerlip, Teater Q dan Teater Airnya.
26 Desember 2012
Sehari
sebelumnya saya telah menelpon ke beberapa pengurus Dewan Kesenian
Dumai untuk memberitahukan perihal keberangkatan menuju PPN VI di
Jambi dan Ketua Umum DKD, Zamzami Harun menelpon agar saya
menemuinya. Alhamdulillah, keberangkatan saya didukung sepenuhnya
oleh Dewan Kesenian Dumai dan beberapa orang terdekat.
Pada
tanggal yang sama di hari ini pada delapan tahun yang lalu
kawan-kawan sedang fokus menyiapkan rekaman dalam Kompilasi Band
Indie Dumai & Bengkalis bertajuk Akulturasi Nada Total Indie
(ANTI) di 23 Studio. Di saat yang bersamaan sebuah bencana alam,
tsunami, menghantam Aceh dan mengakibatkan ratusan ribu manusia
kehilangan jiwa, raga dan harta bendanya.
Saya
mesti berangkat siang ini meski besok ada kabar akan ada Bejamu Laut
di Dumai.
Perjalanan
di mulai pukul 14.00 WIB menggunakan sebuah mobil travel yang
memiliki rute perjalanan darat Dumai-Jambi. Setelah hampir 18 jam
perjalanan darat maka saya tiba di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah
pada pukul 07.30 WIB, 27 Desember 2012. Alhamdulillah, sudah dibangun
infrastruktur berupa jalan-jalan oleh penyelenggara pembangunan meski
masih dalam proses perbaikan di berbagai titik. Jika tak ada
jalan-jalan yang dibangun maka mestilah menerabas hutan rimba agar
sampai di tujuan.
Segera
setelah tiba maka saya menelpon salah seorang Liason Officer (LO)
Pertemuan Penyair Nusantara VI (PPN VI), Riko Erdian untuk
mengkonfirmasikan kedatangan saya maka segera saya bergerak menuju
Shang Ratu Hotel. Namun dikarenakan waktu check in peserta dimulai
pada tanggal 28 Desember 2012 maka Koordinator LO dan LO untuk Riau
mengarahkan saya agar menginap di Mess Taman Budaya Jambi.
Alhamdulillah, masih tersedia sebuah kamar bernomor 02 di Wisma Seni
Taman Budaya Jambi.
Saya
menuju Taman Budaya Jambi diantar oleh Riko Erdian dan segera
memberitahukan kedatangan kepada Pak Uci, salah seorang petugas
Petugas Taman Budaya Jambi, yang telah berkenan dan berbaik hati
menerima saya untuk menginap di Mess Taman Budaya Jambi. Pada saat
yang bersamaan ada serombongan anggota Sanggar Tari Bumi Dora dari
Anjungan NTB Taman Mini Indonesia Indah yang juga menginap di Wisma
Seni sempena mengikuti kegiatan seni seperti Silaturahimusik dan Baca
Puisi di Taman Budaya Jambi.
Setelah
masuk kamar 02 dan mandi lalu saya keluar menuju kantin di Taman
Budaya Jambi. Sembari menikmati secangkir kopi dan sejuknya udara di
Taman Budaya Jambi, saya bertemu dan sempat berdiskusi sebentar
dengan Ferry dari Teater Tonggak, Arga dari Teater Air, Sanggar Tari
Bumi Dora.
Sekitar
pukul 11.30 WIB saya pamit dengan Pak Uci menuju Kantor Gubernur
Jambi untuk menyaksikan sebuah pameran foto oleh Sakti Alam Watir
(SAW) & The Society of Muaro Jambi Temple (The SOMT). Pada
pameran tersebut menampilkan sekitar 41 foto hasil jepretan dari Mike
MDI, Nur Salim, Riska Photography dan Putri C-Bonk. Pameran fotonya
bertajuk Story Exotic out of TRIBAL (Suku Anak Dalam). Masing-masing
foto yang dipamerkan pada salah satu ruangan di Kantor Gubernur Jambi
ini memiliki judul foto masing-masing yang menarik seperti Aku Anak
Rimba, Kami Juga Anak Indonesia, Makan Bersama dan berbagai judul
lainnya. Selang lima belas menit kemudian saya bergerak kembali
menuju Taman Budaya Jambi dan sempat singgah untuk mengecek surel dan
media sosial. Ada pesan dari salah seorang karyawan Majalah Sagang
agar saya mengirimkan nomor rekening sebab mereka mau mengirimkan
honor menulis di Majalah Sagang. Saya segera menghubungi Fedli Azis
untuk meminta nomor Redaksi Majalah Sagang. Setelah mendapatkan nomor
kontaknya lalu saya menelpon Pak Dantje Muis untuk mengkonfirmasi
ulang mengenai pesan tersebut. Terima kasih atas waktu dan informasi
dari kakanda Fedli Azis dan Pak Dantje Muis.
Setibanya
di Taman Budaya dan istirahat sebentar lalu saya kembali menuju ke
kantin. Tak diduga ternyata saya bertemu dengan Pak Jaffar Rassuh, Pak
Ben “Meredith Music” dan Pak Zakaria. Setelah hampir dua setengah
jam berdiskusi dengan beliau bertiga dan mendapatkan banyak masukan
yang bermanfaat mengenai pengembangan kesenian dan juga kebudayaan
maka saya mendapat kesempatan untuk melihat lukisan-lukisan karya Pak
Jaffar Rassuh dalam Galeri J Art Gallery & Studio, dimana Pak
Jaffar memajang karya lukis dan sekalian melukis di studionya.
Sedang
asyik melihat-lihat lukisan Pak Jaffar Rassu, ada panggilan telepon
masuk dari Bang Firdaus (Manager PPN VI Jambi) yang sedang menunggu
saya di Wisma Seni sebab ada seorang kawan yang juga peserta PPN VI
yakni Dwi Rahariyoso akan menginap bareng saya di Kamar 02. Mas Dwi
adalah salah seorang penggiat sastra dalam Komunitas SARKEM,
Yogyakarta yang ikut seleksi PPN VI dari Papua sebab dia tengah
bekerja di Papua Barat.
“Kau
ke sinilah dulu,” kata Bang Firdaus.
“Ya
Pak, saya lagi di J Arts Gallery & Studio”.
“Panggil-panggil
Bapak, sudah kali aku dipanggil Bapak. Panggil Abang saja,”ujarnya.
“Ya
Pak….Ya Bang…”
“Segeralah
ke sini biar kulihat mukamu ganteng apa jelek,” lanjutnya sambil
bercanda.
Agaknya
Bang Firdaus sudah lama menunggu saya yang sedang berada di Galeri
bersama Pak Jafar Rassuh.
Tak
lama berselang saya berpamitan dengan Pak Jaffar Rassuh dan menuju ke
Wisma Seni. Setelah bersalaman dengan Pak Firdaus…Maksudnya Bang
Firdaus dan kawan-kawan dan berkenan dengan Dwi Rahariyoso maka
mereka segera kembali menuju Sekretariat PPN VI di Dewan Kesenian
Jambi. Saya dan Mas Dwi segera ngamar…ha..ha..ha. Masuk kamar
maksudnya untuk mandi dan istirahat. Kamar 02 merupakan sebuah kamar
di Wisma Seni Taman Budaya Jambi yang dilengkapi dengan 2 buah tempat
tidur ukuran standar, sebuah lemari, sebuah mesin penyejuk udara dan
sebuah kamar mandi yang luas serta air yang bersih. Jika di setiap
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia memilki Wisma Seni seperti ini
maka tak perlu lagi ada penggiat kesenian sekalian kebudayaan yang
terdengar tidur dijalanan dan mengikuti pola-pola squatting
menghuni bangunan-bangunan kosong untuk menginap di malam hari.
Malamnya
setelah shalat magrib Mas Yoso keluar dengan kawannya dan saya
sendiri bergerak menuju tengah kota sambil melihat-lihat pemandangan
keramaian malam. Tak lama hanya sekitar 15 menit lalu saya lalu
kembali ke Wisma Seni dan sempat ngobrol-ngobrol sebentar dengan Pak
Uci sambil menunggu Mas Yoso kembali.
Setelah
Mas Yoso pulang maka kamipun segera ngamar…Maksudnya masuk kamar
untuk istirahat…ha..ha..ha.
Matikan
lampunya…Klik dan ceritapun berlanjut dalam mimpi. Terima kasih Mas
Yoso atas waktunya untuk berdiskusi. Kalau ada “beasiswa” (?)
saya juga mau studi lagi ke UI, UNILAK, UGM atau UKM atau UNPAD atau
Leiden ya? Ha..ha..ha…Mana-mana tempat bolehlah asal tidak dicekoki
otak ini oleh warna-warna yang dapat merusak imajinasi dan mimpi
sebab sudah lama rusak imajinasi dan mimpi...ha..ha..ha.
Bersambung
dalam Reportase 28 Desember 2012, Pertemuan Penyair Nusantara VI
Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar