06/04/13

Catatan Pertemuan Penyair Nusantara VI Jambi 2012 Bag.2

Bukan Sekadar Risalah Dalam Rumah Keragaman
28 Desember 2012
Setelah saya bangun pagi dan membereskan perlengkapan (berupa tas yang berisikan pakaian sahaja kawan) maka Mas Dwi Rahariyoso yang lebih akrab dipanggil dengan Mas Dwi atau Mas Yoso dan saya segera sarapan pagi dan minum kopi di kantin Taman Budaya Jambi sambil menunggu Tim LO menjemput. Sembari menikmati sarapan dan kopi masih sempat sebentar bertemu seniman dan budayawan dari Sekintang Dayo dan kawan-kawan lain. Pada saat yang bersamaan sedang disiapkan sebuah kegiatan bertajuk Silaturrahimusik dan Baca Puisi sempena menyambut hari Ulang Tahun Jambi ke-56 yang ditaja oleh Taman Budaya dan Seniman Jambi bersama Teater Arena Taman Budaya Jambi serta beberapa pengisi acara seperti home band Disbudpar Provinsi Jambi, Sanggar Tari Bumi Dora dari Anjungan NTB Taman Mini Indonesia Indah dan lain-lainnya.

        Pada pukul 10.45 WIB Tim LO PPN VI datang dan menjemput kita sekalian singgah untuk menjemput Tina Aprida Marpaung, salah seorang penyair peserta PPN VI dari Taman Budaya Sumatera Utara di Medan.
Setibanya di lobi Hotel Ratu maka kamipun segera mendaftar ulang untuk check in ngamar dalam Hotel Shang Ratu. Tiba-tiba ada yang berteriak dari belakang…
          “Jadi ini maksudnya kau datang duluan ya? Mau ngambil foto-foto?”
Ketika saya lihat ternyata yang berteriak adalah Bang Murdok, salah seorang penyair dari Riau.
        “Begitulah Bang…Mau ambil foto-foto sebagai salah satu bentuk kenangan visual dalam bentuk foto meski dalam kata-kata juga banyak imaji visualnya. Sekalian belajar jadi tukang jepret.”
           Tak lupa saya jepret pula Bang Murdoknya.
         Setelah mendaftar ulang dan mendapatkan kamar 510 dengan teman sekamarnya Zulkifli Songyanan maka siap-siaplah saya mau ke Shang Ratu Hotel. Lalu terlihat ada Kang Acep Zamzam Noor yang sedang registrasi pula maka dijepret pula beliau. Sebelumnya sempat sebentar ngobrol sebentar dengan Bang Murdoks. Dalam ngobrol yang sebentar itupun ada didapat pesan dan nasehat. Luar biasa masih ada orang tua yang mau memberikan nasehat-nasehat yang muda-muda ini. Begitulah hendaknya keindahan dalam hidup bahwa bukan yang muda-muda memberikan nasehat kepada yang tua namun orang tua yang punya kewajiban menasehati yang muda. Ah, jadi ingat cerita Rengasdengklok sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibaca dalam buku-buku sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Merdeka! Sekali Merdeka Tetap Merdeka! Inilah salah satu bentuk hasil kemerdekaan itu bahwa kegiataan-kegiatan kesastraan seperti PPN VI ini dapat diselenggarakan dengan aman dan nyaman. Kalau dulu? Pastilah menir-menir mengirimkan pasukannya untuk membubarkan paksa kumpulan anak bangsa Indonesia yang hendak berkumpul dan berserikat. Dasar penjajah! Penjajah sialan! Penjajah sialan !!!
        Setibanya di lantai lima maka segera saya menuju kamar dan mandi untuk bersiap-siap shalat Jumat. Mas Yoso sudah pesan agar kalau mau Jumatan bareng saja. Mas Yoso berada di lantai tiga. Kamipun sempat bertanya dengan petugas keamanan hotel dan LO PPN VI dimana Masjid terdekat. Masjidnya berada dekat sebuah lorong (gang) sesudah Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Jambi tak jauh dari Hotel. Mungkin sekitar delapan menit dengan berjalan kaki.
        Saat hendak mengambil wudhu tiba-tiba bedug dipukul sebagai penanda waktu shalat Jumat sudah masuk. Bunyi bedug itu menyadarkan saya bahwa memang Tuhan Tak Pernah Mati sebab Tuhan telah mati hanya dalam hati dan pikiran manusia-manusia yang ingin mendustai asal muasal nurani dan ruhaninya sehingga dapat maujud di atas muka bumi ini. Sudah lama saya tak mendengar bunyi bedug yang mengalun jauh ke dalam kalbu untuk segera sadar bahwa rasa syukur mesti dilakukan setiap detik kehidupan….”Ampunkan dosa-dosa kami Ya Allah Yang Maha Pengampun…”.
      Sepulang shalat Jumat, Mas Yoso dan saya segera kembali ke Hotel. Mas Yoso agaknya akan beristirahat sejenak sebelum makan siang bersama dengan kawan-kawan peserta PPN VI lainnya. Saya sendiri setelah berganti pakaian segera turun dan keluar dari area Hotel dengan berjalan kaki sembari mencari rumah makan dan menikmati sejuknya udara di Jambi. Saya makan di sebuah Rumah Makan yang menyediakan menu berbagai jenis pindang ikan Gabus, Toman, Patin, pepes tempoyak dan berbagai kuliner Nusantara lainnya. Alamak, sedap nian tapi tak dapatlah saya bertambuh-tambuh makannya sebab tepuk dada tanya selera lagi…ha…ha..ha. Padahal Panitia PPN VI sudah menyiapkan makan siang, agaknya saya tak tahan ingin menikmati kuliner yang ada diluar.


15.30 WIB , Konferensi Pers PPN VI Jambi
         Saya lihat Bang Jumardi selaku Sekretaris PPN VI Jambi telah memberitahukan bahwa Konferensi Pers akan dimulai dan saya meminta ijin kepadanya untuk dapat turut serta menyaksikan. Alhamdulillah, Bang Jumardi mempersilahkannya. Terlihat ada Ketua Umum Dewan Kesenian Jambi, Zahari Aswan, Ramayani selaku Direktur PPN VI, Manajer PPN VI yakni Bang Firdaus, Sekretaris PPN VI yaitu Jumardi Putra, Maizar Karim, Acep Zamzam Noor, Gus TF, Dimas Arika Mihardja, Ahmadun Yosi Herfanda, Faruq, Etienne Naveau, Ahda Imran, Marsli NO, Afrion, Bunda Rohadi Din dan beberapa jurnalis dari berbagai media cetak.

          Sekitar pukul 15.55 WIB (versi arloji saya) Konferensipun selesai ditutup oleh Ketua Dewan Kesenian Jambi, Zahari Aswan dengan membacakan pantun,
Batanghari airnya tenang
Sungguhpun tenang deras ke tepi
Anak-anak Jambi jangan dikenang
Kalau dikenang InsyaAllah meracun hati
        Mantap pula pantunnya. Beberapa kali saya mendengar Pak Zahari Aswan membacakan pantun-pantun yang diawali dengan Batanghari airnya tenang….
         Segera setelah keluar dari ruangan Konferensi Pers maka saya menuju kamar 501. Tak lama berselang saya menatap pemandangan sebuah danau dan Batanghari lalu ada Tim LO datang bersama salah seorang peserta PPN VI yang akan menjadi teman sekamar saya. Dia bukan Zulkfili Songyanan. Kawan itu bernama Wahyu Arya yang berasal dari Banten. Dia adalah Ketua Kubah Budaya dan juga salah satu penulis Indonesia yang diundang hadir dalam UWRF 2011 di Bali sebagai eseis. Lalu masih ada seorang teman lagi dari Banten yang bernama Assyafa Jelata namun dia menginap di kamar yang berlainan. Dari Wahyu Aryalah saya mendapatkan Buku Kumpulan Esai karyanya sendiri yang berjudul Sebuah Pintu yang Terbuka, Kumpulan Esei Wan Anwar yang berjudul Perjumpaan Dengan Banten yang kata pengantarnya ditulis oleh Wahyu Arya sekaligus Pemeriksa Aksara dari Buku yang diterbitkan oleh Kubah Budaya. Selain itu ada Majalah Surosowan Edisi Khusus, sebuah Ruang Pijak Sastra dari Banten yang pimpinan umumnya Gol A Gong dan dikelola oleh Rumah Dunia.
          Saya waham bahwa kebanyakan peserta PPN VI membawa buku-buku berupa kumpulan esei, puisi, cerpen, novel maupun buku-buku lainnya. Saya yang belum pernah membuat buku ini tidak kehilangan semangat pula sebab jauh-jauh hari saya telah memfotokopikan beberapa lembar kertas yang memuat puisi-puisi saya dalam Sang Pembangkang dan beberapa puisi yang pernah dikirim kepada beberapa panitia kegiatan sastra. Saya menyerahkannya kepada Wahyu Arya. Terima kasih kepada Kang Wahyu Arya yang acap kali menahan kantuknya mendengar “monolog” saya dalam diskusi padahal mestinya saya juga banyak mendengarkan lagi.
           Ha..ha..ha…Agaknya sudah lama saya mendengarkan saja dan sekarang adalah saatnya saya untuk banyak berbicara baik melalui suara dan aksara dalam fiksi maupun non fiksi. Saya bukan wartawan dan fotografer Pak meski sedang gemar mengambil foto-foto untuk kenang-kenangan. Kebetulan ada salah seorang penyair di PPN VI yang menyebutkan bahwa saya ini wartawan. Sebelum mengambil foto-foto minta ijin dulu..ha..ha..ha. Dulu ada entah dimana saya melihat orang-orang mengambil foto-foto saya tanpa ijin…Entahlah untuk apa foto-foto itu? Padahal saya bukan selebritis.
         PPN VI di Jambi ini juga menyelenggarakan bazar buku dari berbagai penerbit dan dari pribadi-pribadi yang hadir dalam helat yang dihadiri penyair-penyair, pemakalah, peninjau dan jurnalis dari tujuh negara. Saya mesti tepuk dada tanya selera lagi nanti saat mau membeli buku-buku sebab pasti banyak judul bukunya. Ha..ha..ha..Mudah-mudahan ada yang sedang promo buku-bukunya. Amiin.
(Foto-Foto: Dokumentasi Hukmi99)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar