07/06/14

MENIKMATI PUISI NAN INDAH DALAM VIDEO MALAM PELUNCURAN BUKU OMBAK SEKANAK KARYA RIDA K LIAMSI

Salah satu manfaat positif youtube adalah sebagai media untuk menyaksikan video-video pementasan, pembacaan, deklamasi maupun diskusi-diskusi tentang karya-karya sastra seperti sajak. Salah satu di antara sekian banyak video berisikan karya sastra di youtube yang saya sukai adalah video  Malam Peluncuran Buku Ombak Sekanak Karya Rida K Liamsi. Video tersebut diunggah ke youtube oleh Riau Pos. Memang jarak Dumai ke Pekanbaru hanya sekitar 4 jam perjalanan darat saja dengan menggunakan mobil atau barangkali kalau dengan lari 100 km/jam maka 3 jam putus sampai ke Pekanbaru. Keistimewaan Pekanbaru selain sebagai ibu kota Provinsi Riau, di kota tersebut sangat banyak diselenggarakan kegiatan-kegiatan kesenian seperti pementasan teater, tari, musik, puisi dan segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia kesenian. Kegiatan-kegiatan itu ada yang  ruang lingkupnya lokal, nasional hingga internasional. Bagi orang-orang pinggiran termasuk saya, tentu keberadaan video-video kegiatan kesenian yang tidak dapat disaksikan secara langsung, akan sangat bermanfaat sekali khususnya dalam ihwal menikmati khazanah sastra Indonesia.
Dalam video nan luar biasa itu, saya menyaksikan bahwa kegiatan pada peluncuran  Buku Ombak Sekanak karya Rida K Liamsi dipandu oleh Monda Gianes, salah seorang seniman teater Riau. Dengan adanya dokumentasi video yang diunggah ke youtube maka dapat pula saya menikmati puisi-puisi karya Rida K Liamsi yang dibacakan oleh Murparsaulian, Cornelia Agatha, Sutardji Calzoum Bachri dan Rida K Liamsi. Lebih nikmat lagi setelah menyaksikan video ini juga membaca buku Ombak Sekanak (dalam bentuk buku cetak dan digital). 
Pada video berdurasi 32 menit 38 detik itu, terlihat pembacaan puisi-puisi karya Rida K Liamsi yang termuat dalam buku Omba Sekanak dimulai oleh Murparsaulian, salah seorang penyair Riau. Dia membacakan puisi karya Rida K Liamsi bertajuk Episode (I). Iringan alunan biola dan gambus dari Mat Rock dan kawan-kawan membuat pembacaan puisi itu semakin sangat indah didengar dan dinikmati. Meski saya bukan penutur asli bahasa Melayu namun telinga tidak asing lagi dengan diksi-diksi dari kosa kata bahasa Melayu nan indah terdengar. Murparsulian tidak membaca puisi hanya sekadar membaca saja sebab dia terlihat sangat menghayati puisi Episode (I) itu dalam deklamasi nan semakin indah didengar dengan alunan syair dari larik-larik Episode (I).Puisi kedua dari buku Ombak Sekanak karya Rida K Liamsi yang dibawakan oleh Murparsulian bertajuk Pancang Nibung (I). Puisi ini pun sangat indah didengar dalam kolaborasi nan syahdu antara puisi, nyanyian dan musik. Deklamasi dua puisi karya Rida K Liamsi oleh Mursparsulian membawa ingatan saya pada momen saat menikmati video puisi Anjung-Anjung karya Jefri Al Malay yang dideklamasikannya sendiri. Ingatan lain melayang menuju momen pementasan musikalisasi puisi Menanam Sungai Rembulan karya Ari Setya Ardi oleh Teater Alif pada malam pembukaan Pertemuan Penyair Nusantara VI Jambi pada tahun 2012. 
Lalu dalam video itu, saya juga menyaksikan Cornelia Agatha mendeklamasikan puisi-puisi karya Rida K Liamsi berjudul Rose (III) dan Rose (I). Atmosfir kesedihan muncul ketika Cornelia Agatha membacakan puisi Rose (III). Suasana itu muncul sebab diksi-diksi dalam puisi Rose (III) membuat minda membayangkan imaji-imaji tentang laut, ombak, karang, lumpur, badai dan pantai. Iringan musik gambus oleh Mat Rock juga sangat menambah atmosfir kesenduan saat Rose (III) dibacakan. Cornelia Agatha terlihat agak bingung saat membaca kata “tersandai” atau mungkin “tersadai” dan diksi “mengilai”. Saya rasa diksi itu adalah “tersadai” bukan “tersandai”. Puisi Rose (III) karya Rida K Liamsi yang saya dengar melalui video tersebut ditutup dengan selarik diksi nan dalam maknanya yaitu cinta mengalahkan khianat. Cornelia Agatha kemudian membacakan puisi Rose (I) karya  Rida K Liamsi. Cornelia Agatha terlihat sangat menghayati puisi yang dideklamasikannya.
Video tersebut juga sangat semakin istimewa dengan kehadiran Sutardji Calzoum Bachri, salah seorang penyair Indonesia nan populer. Beliau mendeklamasikan sebuah puisi karya Chairil Anwar berjudul Aku. Alunan suara harmonika yang ditiup oleh Sutardji Calzoum Bachri sangat terasa harmonis dan menggelitik mengiringi larik demi larik puisi Aku. Ada nuansa rock ‘n’ roll. Setelah itu beliau membacakan puisi karya Rida K Liamsi berjudul Kedidi Kini Sendiri Mencari. Seperti yang saya juga saksikan dalam video-video pementasan puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri di youtube, terlihat beliau mememiliki ciri khas dalam membacakan puisi-puisi. Santai dan lembut namun tidak karbitan.  Ah, siapa pula nan kurang ajar menyatakan Sutardji Calzoum Bachri adalah penyair karbitan yang dibesarkan oleh politik sastra? Ada-ada saja. 
Setelah itu saya juga menyaksikan Dahlan Iskan naik ke atas pentas dan mendengarnya berkata “Jangan taruh mutiara di dalam lumpur. Ketiga penyair tadi mutiara semua dan saya adalah lumpurnya. Sesuatu yang klimaks tidak boleh menjadi antiklimaks. Terima kasih.” Menurut saya itu adalah sebentuk litotes dari beliau meski beliau tidak membacakan puisi.
Kemudian Rida K Liamsi tampil mendeklamasikan puisi berjudul Tempuling diiringi gambus Mat Rock nan melodik dan syahdu. Saya juga sangat menyukai puisi ini apalagi dapat menyaksikan beliau membacakannya pada video di youtube. Beliau juga membacakan puisi Ombak Sekanak karya beliau sendiri. Ketika larik /kemana kita akan pergi/ dilafalkan beliau, ingatan saya jadi melayang jauh pula mengingat kematian nan pasti akan datang. Atmosfir kesenduan yang menghampiri ketika mendengar dan menyaksikan Ombak Sekanak juga saya rasakan saat menyaksikan Rida K Liamsi membacakan puisinya berjudul Rose (II). 
Saya gembira dapat menyaksikan video-video puisi seperti video malam peluncuran buku  Ombak Sekanak karya Rida K Liamsi ini. Masih banyak video puisi lainnya seperti video puisi Malam Puncak Hari Puisi Indonesia dan puluhan video lomba-lomba puisi di Indonesia. Setelah membaca buku puisi karya Rida K Liamsi yang berjudul Tempuling dan juga buku puisi berjudul Rose serta menyaksikan video ini maka saya berpendapat bahwa Rida K Liamsi adalah penyair yang tidak hanya berjiwa dalam menulis puisi-puisi namun juga membacakan puisi-puisinya. Kadang-kadang saya juga pernah menemukan penulis puisi dan penyair yang kehilangan jiwa dan tidak sejiwa dalam menulis puisi dan membacakan puisinya. 
Jika hendak menyaksikan video puisi Rida K Liamsi silakan lihat di tautan ini: 
Kalau hendak membaca puisi-puisi beliau silakan cek di tautan:
 bukusagang.com

(Tulisan ini telah diganti judulnya dari Musikalisasi Puisi nan Indah menjadi Menikmati Puisi nan Indah pada tanggal 08 April 2014)

Ahlul Hukmi Abu Samah - Dumai, 06 Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar