Dulu Si Pandia sudah pernah diajarkan matematika dasar oleh
guru-gurunya. Belajar menambahkan, mengurangi, membagi, dan memperkalikan
angka-angka. Kalau dalam bahasa mesin komputer, hanya ada angka 0 dan angka 1.
Selanjutnya terserah pengguna, mau mengembangkannya, atau mungkin membuat
keputusan-keputusan nan bijak dan bermanfaat. Seiring perkembangan dan pengaruh
lingkungan, Si Pandia pun menyerap pelbagai hal, baik dan juga buruk, sangat
baik dan juga sangat jahat. Tidak sekali dua kali, dia hanya mendapat nilai di
bawah angka 5 untuk pelajaran matematikanya. Padahal fungsi otak kirinya
seperti menulis, berbicara, menjelaskan, menyusun metode ilmiah dan menggunakan
tangan kanan sudah lumayan bermanfaat. Hanya tinggal meningkatkan fungsi kemampuan
matematika. Matematika dasarnya memang sangat lemah. Matematika itu ilmu pasti.
Pasti selama teori-teori dalam matematika belum ditemukan antitesisnya. Siapa
yang pertama sekali menemukan dan menuliskan angka 0 dan angka 1?
Kecerdasan alami versus
Kecerdasan Buatan
Si Pandia berpendapat bahwa antara kecerdasan alami dan
kecerdasan buatan tidak ada pertentangan. Keduanya saling berkaitan erat. Bagai
pinang dibelah dua. Bukankah alam ini ada karena dibuat olehNya. Begitu juga
dengan kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan lahir karena pelbagai faktor
seperti kemajuan teknologi, makanan, minuman, dan sumber-sumber bacaan. Tentu
saja penggunaan fungsi otak-otak manusia sesuai menurut perangkat keras dan
perangkat lunaknya. Kalau otak manusia dicantoli dengan perangkat keras dan
perangkat lunak berbasis komputer, yang juga keduanya ditemukan karena ada
manusia-manusia nan berhasil memaksimalkan fungsi otak kanan dan otak kirinya, kunci
utamanya adalah stabilisasi listrik sebagai sumber energinya. Ukurlah berapa
kebutuhan minimal dan kebutuhan maksimal listrik otak manusia, lalu sesuaikan
dengan tambahan arus listrik yang berasal dari perangkat keras dan perangkat
lunak berbasis komputer. Pada penggunaan perangkat-perangkat keras berbasis
komputer, mungkin sudah ada perangkat lunak yang dapat berfungsi sebagai
pengaman kalau tiba-tiba tegangan listrik melebihi kebutuhan yang ditetapkan.
Akan tetapi otak manusia? Kalau kelebihan tegangan listrik. Entahlah. Rahasia
kecerdasan alami harus dikaji dan dipahami keseimbangannya agar dapat
diterapkan dalam menciptakan dan meningkatkan kecerdasan buatan.
Angka dan Aksara
Apa yang tidak dihitung dan dinilai dengan angka sekarang
ini? Mungkin ada juga yang dihitung dan dinilai dengan aksara, tetapi aksara
adalah angka. Manusia menuliskan sejarah manusia, bumi, dan alam semesta
menggunakan angka dan aksara. Manusia menggunakan waktu dengan angka dan
aksara. Manusia berebut sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan
perhitungan angka dan aksara. Manusia mengomputasi setiap asumsi, probabilitas,
prediksi, tesis, dan antitesis dengan menggunakan angka dan aksara. Manusia
berupaya memecahkan dan menemukan rahasia-rahasia alam dan buatan manusia
dengan menggunakan angka dan aksara. Manusia mengaitkan pengulangan pola,
kebetulan, ketidaksengajaan, kesengajaan dengan angka dan aksara. Manusia
banyak nan menjadi gembira , sedih, waras, rusak mental, ramah dan marah karena
angka dan aksara. Manusia juga banyak hilang sifat kemanusiaannya dan terjebak
dalam sifat kebinatangannya karena berebut kekuasaan atas angka dan akasara.
Apa mungkin itu adalah sifat alami manusia. Apa mungkin itu juga karena manusia
menciptakan sistem kehidupannya berdasarkan angka dan aksara. Manusia juga kian
rajin menghitung pergeseran keseimbangan alam dengan menggunakan angka dan
aksara. Manusia menetapkan peringkat pada skala keangkuhan, kebirahian,
ketamakan, kemarahan, kerakusan, keirian, kemalasan, kerusakan, kebencian,
kejujuran, kebohongan, kewarasan, kegilaan, kegelapan, keterangan, kekayaan,
kemiskinan, kebaikan, kejahatan, dan kecerdasan dengan angka dan aksara.
Manusia juga kian rajin menghitung ketersediaan sumber energi dan sumber pangan
untuk kebutuhan populasi manusia dengan menggunakan angka dan aksara. Manusia juga
harus pintar memikirkan apa kelak minyak bumi, minyak sawit, batu bara, emas,
berlian, dan semua sumber daya mineral itu dapat diolah dan dikonsumsi sebagai
bahan makanan dan minuman oleh populasi manusia yang makin bertambah. Kesemuanya
memang bisa dijual untuk menghasilkan uang, tetapi apalah artinya
bergudang-gudang uang kalau kelak tiada ketersediaan bahan makanan dan minuman.
Bukankah manusia sudah sering menghitung angka dan aksara yang ditimbulkan
akibat perang-perang perebutan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk
bertahan hidup di muka bumi ini. Manusia mesti kian rajin menggunakan angka dan
aksara untuk menghasilkan sumber-sumber pangan yang berkelanjutan meski anomali
iklim dan anomali milik menyebabkan pelbagai perubahan. Banyak pula manusia memitoskan
angka-angka.
Angka Prima
Si Pandia yang lemah kemampuannya matematika tiba-tiba saja
ingin menulis tentang angka prima. Dia pun menggunakan 59 aksara yang terdiri
dari 24 huruf hidup dan 35 huruf mati. Kemudian dia mengonversikannya menjadi
angka. Dari 59 angka, dia menemukan ada 18 angka prima yang berjumlah 24 angka,
dan dapat ditapis lagi menjadi 13 angka prima. Apa mungkin proses tersebut
adalah awal bagi Si Pandia untuk belajar meningkatkan kemampuannya dalam
angka-angka. Kemudian dalam imajinasi Si Pandia muncul bayangan tiga buah
pesawat telepon berwarna merah, putih, hitam, kuning, dan hijau. Siapa yang akan menjawab dan menerima
panggilannya kalau sekiranya Si Pandia menggunakan 13 angka prima sebagai nomor
telepon, atau mungkin 13 angka prima adalah koordinat lokasi penyimpanan
kekayaan emas milik bangsa Negara Kaya Batu yang dapat digunakan untuk membayar
semua hutang Negara Kaya Batu dan memakmur rakyatnya. Pada pesawat telepon
hanya ada 10 angka, dari angka 0 hingga angka 9. Kalau pada pesawat telepon
seluler ditambah dengan 26 huruf yakni huruf A hingga Z dalam bentuk huruf
kecil dan huruf besar, dan ditambah dengan pelbagai simbol yang lainnya. Sekarang
banyak perangkat komunikasi nirkabel. Kalau dulu mesti pakai kabel. Pikiran
manusia dalam otaknya dan perkataan manusia dalam hatinya juga dapat bersifat
nirkabel. Entah berapa banyak jumlah syaraf manusia dalam jaringan syarafnya
yang berfungsi agar manusia bisa berpikir dan merasa. Pikiran dan perasaan
manusia itu bisa diakses dengan teknologi nirkabel. Hanya saja mesti
menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras pemancar dan penerima frekuensi
pikiran dan perasaan. Akan tetapi ada kecenderungan setiap penemuan teknologi
yang pada mulanya bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia malah
disalahgunakan untuk kemudaratan. Apa jadinya kalau nanti perangkat lunak dan
perangkat keras untuk mengakses pikiran dan perasaan manusia diubah suai
menjadi perangkat untuk mempengaruhi dan mengubah pikiran dan perasaan manusia.
Komunikasi itu, menurut Si Pandia, selain nirkabel, juga dapat menggunakan
partikel. Apa bisa komunikasi dilakukan nirpartikel. Apa jadinya kalau Si
Pandia sedang mengetik dengan menggunakan komputer yang sedang terhubung dengan
sumber listrik, kemudian partikel-partikel listrik dapat digunakan sebagai pengantar
sinyal-sinyal yang dapat dikonversikan menjadi angka dan aksara, audio dan
video. Kalau begitu, semua yang telah diketik oleh Si Pandia sudah ada yang
menyimpan, mengawasi, menelaahnya, dan menilainya. Begitu tanya Si Pandia dalam
hatinya sendiri. Bukankah sudah ada manusia yang kecerdasannya lebih dari lebih
dari 140, pernah menyatakan bahwa cahaya adalah partikel. Begitu juga dengan
listrik. Listrik adalah partikel. Si Pandia pun jadi teringat dulu ada orang
yang mengatakan bahwa kalau ingin menelpon langsung dan berkomunikasi dengan
Allah, silakan putar, atau tekan nomor 2-2-2-4-2-2-4-3-2-2-4-2 dalam kehidupan.
Maksudnya melaksanakan shalat fardhu dan shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat
fardhu. Shalat subuh 2 raka’at, shalat Zhuhur 4 raka’at, shalat Ashar 4
raka’at, shalat Magrib 3 raka’at, shalat Isya 4 raka’at, dan dilengkapkan
dengan shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat fardhu. Si Pandia pun belajar
tentang angka prima. Kalau 2 ditambah 7 sama dengan 9. 2 dan 7 adalah angka
prima, 9 bukan angka prima. 5 ditambah 9 sama dengan 14. 5 adalah angka prima,
9 bukan angka prima. Kalau 1 ditambah 4 sama dengan 5. 7 ditambah 7 sama dengan
14. 7 adalah angka prima, 14 bukan angka prima, tetapi kalau 1 ditambah 4 sama
dengan 5. 5 adalah angka prima. Belajar angka prima sepertinya sangat
bermanfaat. Begitu juga dengan belajar desimal, biner, dan pecahan murni. Biner
biasanya digunakan pada komputer. Makin super sebuah komputer, mungkin makin
sederhana pula binernya. Superkomputer nan paling canggih dan tinggi akurasi
komputasinya adalah ciptaan manusia. Itu berarti ada manusia-manusia super di
muka bumi. Akan tetapi semua manusia adalah mahluk istimewa yang berhasil
memenangkan kompetisi untuk lahir ke dunia yang penuh tipu daya. Manusia-manusia
yang menciptakan superkomputer-superkomputer diciptakan oleh Allah. Itu artinya
Allah adalah sumber dari segala sumber di alam semesta. Tiada daya upaya dan
tidak ada kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah. Semoga Si Pandia tidak
dirasuki pikiran dan perasaannya oleh mahluk kegelapan nan paling kelam dan
jahat di alam semesta. Kalau itu terjadi, mungkin harus segera diajak
manusia-manusia super dan manusia-manusia sakti untuk mencegah terjadinya kegelapan
menyelimuti bumi. Kecek Si Pandia, manusia nan paling sakti di alam semesta
adalah orang yang mampu mencegah terjadinya perang nuklir. Mudah-mudahan tidak
ada yang gelap mata, pendek pikiran, dan gegabah memicu perang nuklir karena
tiada lagi gunanya berpuisi kalau itu terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar