28/01/16

Angka dan Aksara


Dulu Si Pandia sudah pernah diajarkan matematika dasar oleh guru-gurunya. Belajar menambahkan, mengurangi, membagi, dan memperkalikan angka-angka. Kalau dalam bahasa mesin komputer, hanya ada angka 0 dan angka 1. Selanjutnya terserah pengguna, mau mengembangkannya, atau mungkin membuat keputusan-keputusan nan bijak dan bermanfaat. Seiring perkembangan dan pengaruh lingkungan, Si Pandia pun menyerap pelbagai hal, baik dan juga buruk, sangat baik dan juga sangat jahat. Tidak sekali dua kali, dia hanya mendapat nilai di bawah angka 5 untuk pelajaran matematikanya. Padahal fungsi otak kirinya seperti menulis, berbicara, menjelaskan, menyusun metode ilmiah dan menggunakan tangan kanan sudah lumayan bermanfaat. Hanya tinggal meningkatkan fungsi kemampuan matematika. Matematika dasarnya memang sangat lemah. Matematika itu ilmu pasti. Pasti selama teori-teori dalam matematika belum ditemukan antitesisnya. Siapa yang pertama sekali menemukan dan menuliskan angka 0 dan angka 1?
Kecerdasan alami versus Kecerdasan Buatan

Si Pandia berpendapat bahwa antara kecerdasan alami dan kecerdasan buatan tidak ada pertentangan. Keduanya saling berkaitan erat. Bagai pinang dibelah dua. Bukankah alam ini ada karena dibuat olehNya. Begitu juga dengan kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan lahir karena pelbagai faktor seperti kemajuan teknologi, makanan, minuman, dan sumber-sumber bacaan. Tentu saja penggunaan fungsi otak-otak manusia sesuai menurut perangkat keras dan perangkat lunaknya. Kalau otak manusia dicantoli dengan perangkat keras dan perangkat lunak berbasis komputer, yang juga keduanya ditemukan karena ada manusia-manusia nan berhasil memaksimalkan fungsi otak kanan dan otak kirinya, kunci utamanya adalah stabilisasi listrik sebagai sumber energinya. Ukurlah berapa kebutuhan minimal dan kebutuhan maksimal listrik otak manusia, lalu sesuaikan dengan tambahan arus listrik yang berasal dari perangkat keras dan perangkat lunak berbasis komputer. Pada penggunaan perangkat-perangkat keras berbasis komputer, mungkin sudah ada perangkat lunak yang dapat berfungsi sebagai pengaman kalau tiba-tiba tegangan listrik melebihi kebutuhan yang ditetapkan. Akan tetapi otak manusia? Kalau kelebihan tegangan listrik. Entahlah. Rahasia kecerdasan alami harus dikaji dan dipahami keseimbangannya agar dapat diterapkan dalam menciptakan dan meningkatkan kecerdasan buatan.

Angka dan Aksara

Apa yang tidak dihitung dan dinilai dengan angka sekarang ini? Mungkin ada juga yang dihitung dan dinilai dengan aksara, tetapi aksara adalah angka. Manusia menuliskan sejarah manusia, bumi, dan alam semesta menggunakan angka dan aksara. Manusia menggunakan waktu dengan angka dan aksara. Manusia berebut sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan perhitungan angka dan aksara. Manusia mengomputasi setiap asumsi, probabilitas, prediksi, tesis, dan antitesis dengan menggunakan angka dan aksara. Manusia berupaya memecahkan dan menemukan rahasia-rahasia alam dan buatan manusia dengan menggunakan angka dan aksara. Manusia mengaitkan pengulangan pola, kebetulan, ketidaksengajaan, kesengajaan dengan angka dan aksara. Manusia banyak nan menjadi gembira , sedih, waras, rusak mental, ramah dan marah karena angka dan aksara. Manusia juga banyak hilang sifat kemanusiaannya dan terjebak dalam sifat kebinatangannya karena berebut kekuasaan atas angka dan akasara. Apa mungkin itu adalah sifat alami manusia. Apa mungkin itu juga karena manusia menciptakan sistem kehidupannya berdasarkan angka dan aksara. Manusia juga kian rajin menghitung pergeseran keseimbangan alam dengan menggunakan angka dan aksara. Manusia menetapkan peringkat pada skala keangkuhan, kebirahian, ketamakan, kemarahan, kerakusan, keirian, kemalasan, kerusakan, kebencian, kejujuran, kebohongan, kewarasan, kegilaan, kegelapan, keterangan, kekayaan, kemiskinan, kebaikan, kejahatan, dan kecerdasan dengan angka dan aksara. Manusia juga kian rajin menghitung ketersediaan sumber energi dan sumber pangan untuk kebutuhan populasi manusia dengan menggunakan angka dan aksara. Manusia juga harus pintar memikirkan apa kelak minyak bumi, minyak sawit, batu bara, emas, berlian, dan semua sumber daya mineral itu dapat diolah dan dikonsumsi sebagai bahan makanan dan minuman oleh populasi manusia yang makin bertambah. Kesemuanya memang bisa dijual untuk menghasilkan uang, tetapi apalah artinya bergudang-gudang uang kalau kelak tiada ketersediaan bahan makanan dan minuman. Bukankah manusia sudah sering menghitung angka dan aksara yang ditimbulkan akibat perang-perang perebutan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk bertahan hidup di muka bumi ini. Manusia mesti kian rajin menggunakan angka dan aksara untuk menghasilkan sumber-sumber pangan yang berkelanjutan meski anomali iklim dan anomali milik menyebabkan pelbagai perubahan. Banyak pula manusia memitoskan angka-angka.

Angka Prima

Si Pandia yang lemah kemampuannya matematika tiba-tiba saja ingin menulis tentang angka prima. Dia pun menggunakan 59 aksara yang terdiri dari 24 huruf hidup dan 35 huruf mati. Kemudian dia mengonversikannya menjadi angka. Dari 59 angka, dia menemukan ada 18 angka prima yang berjumlah 24 angka, dan dapat ditapis lagi menjadi 13 angka prima. Apa mungkin proses tersebut adalah awal bagi Si Pandia untuk belajar meningkatkan kemampuannya dalam angka-angka. Kemudian dalam imajinasi Si Pandia muncul bayangan tiga buah pesawat telepon berwarna merah, putih, hitam, kuning, dan hijau.  Siapa yang akan menjawab dan menerima panggilannya kalau sekiranya Si Pandia menggunakan 13 angka prima sebagai nomor telepon, atau mungkin 13 angka prima adalah koordinat lokasi penyimpanan kekayaan emas milik bangsa Negara Kaya Batu yang dapat digunakan untuk membayar semua hutang Negara Kaya Batu dan memakmur rakyatnya. Pada pesawat telepon hanya ada 10 angka, dari angka 0 hingga angka 9. Kalau pada pesawat telepon seluler ditambah dengan 26 huruf yakni huruf A hingga Z dalam bentuk huruf kecil dan huruf besar, dan ditambah dengan pelbagai simbol yang lainnya. Sekarang banyak perangkat komunikasi nirkabel. Kalau dulu mesti pakai kabel. Pikiran manusia dalam otaknya dan perkataan manusia dalam hatinya juga dapat bersifat nirkabel. Entah berapa banyak jumlah syaraf manusia dalam jaringan syarafnya yang berfungsi agar manusia bisa berpikir dan merasa. Pikiran dan perasaan manusia itu bisa diakses dengan teknologi nirkabel. Hanya saja mesti menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras pemancar dan penerima frekuensi pikiran dan perasaan. Akan tetapi ada kecenderungan setiap penemuan teknologi yang pada mulanya bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia malah disalahgunakan untuk kemudaratan. Apa jadinya kalau nanti perangkat lunak dan perangkat keras untuk mengakses pikiran dan perasaan manusia diubah suai menjadi perangkat untuk mempengaruhi dan mengubah pikiran dan perasaan manusia. Komunikasi itu, menurut Si Pandia, selain nirkabel, juga dapat menggunakan partikel. Apa bisa komunikasi dilakukan nirpartikel. Apa jadinya kalau Si Pandia sedang mengetik dengan menggunakan komputer yang sedang terhubung dengan sumber listrik, kemudian partikel-partikel listrik dapat digunakan sebagai pengantar sinyal-sinyal yang dapat dikonversikan menjadi angka dan aksara, audio dan video. Kalau begitu, semua yang telah diketik oleh Si Pandia sudah ada yang menyimpan, mengawasi, menelaahnya, dan menilainya. Begitu tanya Si Pandia dalam hatinya sendiri. Bukankah sudah ada manusia yang kecerdasannya lebih dari lebih dari 140, pernah menyatakan bahwa cahaya adalah partikel. Begitu juga dengan listrik. Listrik adalah partikel. Si Pandia pun jadi teringat dulu ada orang yang mengatakan bahwa kalau ingin menelpon langsung dan berkomunikasi dengan Allah, silakan putar, atau tekan nomor 2-2-2-4-2-2-4-3-2-2-4-2 dalam kehidupan. Maksudnya melaksanakan shalat fardhu dan shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat fardhu. Shalat subuh 2 raka’at, shalat Zhuhur 4 raka’at, shalat Ashar 4 raka’at, shalat Magrib 3 raka’at, shalat Isya 4 raka’at, dan dilengkapkan dengan shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat fardhu. Si Pandia pun belajar tentang angka prima. Kalau 2 ditambah 7 sama dengan 9. 2 dan 7 adalah angka prima, 9 bukan angka prima. 5 ditambah 9 sama dengan 14. 5 adalah angka prima, 9 bukan angka prima. Kalau 1 ditambah 4 sama dengan 5. 7 ditambah 7 sama dengan 14. 7 adalah angka prima, 14 bukan angka prima, tetapi kalau 1 ditambah 4 sama dengan 5. 5 adalah angka prima. Belajar angka prima sepertinya sangat bermanfaat. Begitu juga dengan belajar desimal, biner, dan pecahan murni. Biner biasanya digunakan pada komputer. Makin super sebuah komputer, mungkin makin sederhana pula binernya. Superkomputer nan paling canggih dan tinggi akurasi komputasinya adalah ciptaan manusia. Itu berarti ada manusia-manusia super di muka bumi. Akan tetapi semua manusia adalah mahluk istimewa yang berhasil memenangkan kompetisi untuk lahir ke dunia yang penuh tipu daya. Manusia-manusia yang menciptakan superkomputer-superkomputer diciptakan oleh Allah. Itu artinya Allah adalah sumber dari segala sumber di alam semesta. Tiada daya upaya dan tidak ada kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah. Semoga Si Pandia tidak dirasuki pikiran dan perasaannya oleh mahluk kegelapan nan paling kelam dan jahat di alam semesta. Kalau itu terjadi, mungkin harus segera diajak manusia-manusia super dan manusia-manusia sakti untuk mencegah terjadinya kegelapan menyelimuti bumi. Kecek Si Pandia, manusia nan paling sakti di alam semesta adalah orang yang mampu mencegah terjadinya perang nuklir. Mudah-mudahan tidak ada yang gelap mata, pendek pikiran, dan gegabah memicu perang nuklir karena tiada lagi gunanya berpuisi kalau itu terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar