Biasanya aku merayakan agustusan dengan ikut memanjat batang
pinang. Pernah kulihat ada batang pinangnya diganti dengan tiang besi dan di
atasnya ada hadiah seekor kambing dalam kerangkeng. Tiap tahun diriku selalu
menikmati agustusan dengan riang bersama teman-temanku.
Beraneka macam
lomba khusus kanak-kanak, anak-anak, remaja, dan pemuda. Ada panjat pinang,
balap karung, makan kerupuk, mencabut koin dari betik berlumur gomok, tarik
tambang, pacu lari, panco, domino, bola voli, catur, dan bola kasti.
Semuanya
bergembira. Gembira karena sudah merdeka. Merdeka dari belenggu penjajahan
kolonialis dan imperialis.
Hanya ada
agustusan nan selalu membekas dalam ingatanku. Ketika itu teman-temanku
mengajak merayakan malam agustusan dengan menonton pentas musik dangdut. Kami
pun berangkat menuju lokasi dengan menumpang bus antar kota dalam provinsi.
Aku terkejut saat
tiba di lokasi. Lokasi pentas dangdutnya di sebuah kompleks tentara. Di sebelah kiri ada banyak rumah,
asrama tentara, tempat latihan, dan di
sebelah kanan ada markasnya.