26/05/13

Penolakan Tanpa Deklarasi & Prasasti

Silahkan baca pemikiran Umar Junus, Teeuw, Ajip Rosidi, Maman S Mahayana, Taufik Ismail, joernal boemipoetra dan simpatisan, Gola Gong, Ahda Imran, Heru Joni Putra, Pinto Anugrah Kotik Simarajo, Beni Setia dan yang lain-lain tentang kelahiran Sastra Indonesia & Hari Sastra Indonesia untuk menambah luasnya cakrawala wawasan dan meninggikan horison harapan sebelum menolak atau mendukung Penolakan ini.

Salam semesta bebas penindasan untuk Taufik Ismail, dkk, joernal boemipoetra & simpatisan atas Deklarasi Hari Sastra Indonesia yang dua versi itu, Abdul Kohar Ibrahim, Dimas Arika Mihardja dan kawan-kawan di facebook yang telah memberikan jempol, dukungan, kritik dan saran atas Penolakan Hari Sastra Indonesia baik versi Taufik Ismail, dkk maupun versi joernal boemipotera & simpatisan. Semoga eksistensi sastra Indonesia dapat memperkokoh ketahanan budaya Indonesia dalam kebudayaan Indonesia nan Raya sebagai bagian dari kebudayaan manusia di alam semesta ini..

Baca ini juga ya:
Tautan Hari Sastra Indonesia versi joernal boemipoetra & simpatisan :  
Deklarasi Hari Sastra Indonesia

Tautan Berita tentang Hari Sastra Indonesia versi Taufik Ismail, dkk :  
Hari Sastra Indonesia

Terima kasih.

 Penolakan Tanpa Deklarasi & Prasasti
oleh Ahlul Hukmi (Catatan di Facebook) pada 23 April 2013 pukul 16:00 WIB

Ini adalah penolakan tanpa Deklarasi dan Prasasti untuk terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia khususnya dalam masyarakat Sastra Indonesia.

Kami anak bangsa Indonesia menyatakan menolak penetapan Hari Sastra Indonesia baik versi joernal boemipoetra dan simpatisan maupun versi Taufik Ismail, dkk.

Jika Pancasila adalah falsafah kebudayaan, dan semangat kebangsaan Indonesia untuk melawan imperialisme, kolonialisme, feodalisme yang bersifat kerakyatan merupakan sebenar-benar pandangan hidup tuan-tuan dan kawan-kawan,

Maka kami meminta tuan-tuan, kawan-kawan dan sekalian sastrawan Indonesia (baik laki-laki dan perempuan) yang mendukung penetapan kedua versi Hari Sastra Indonesia itu untuk meninjau kembali penetapan Hari Sastra Indonesia tersebut dan melaksanakan pengkajian menyeluruh atas Sejarah Sastra Indonesia sebelum menetapkan Hari Sastra Indonesia.

Kami berpendapat bahwa kedua versi Penetapan Hari Sastra Indonesia tersebut telah menimbulkan perpecahan dalam masyarakat sastra Indonesia hanya karena perbedaan ideologi dan konflik kepentingan di antara dua kumpulan itu.

Perpecahan dalam masyarakat sastra Indonesia adalah salah satu cerminan disintegrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kami anak bangsa Indonesia tidak mau hidup dalam perpecahan sebab hidup dalam persatuan dan kesatuan nan damai lebih indah dari sejuta Deklarasi dan Prasasti penyebab perpecahan yang direkayasa untuk kepentingan pribadi dan kelompok.

Sastra Indonesia bukan milik dua kumpulan saja. Sastra Indonesia milik bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan dimanapun dia memijak tanah dan menjunjung langit.

Kami berpendapat bahwa 28 Oktober patut dipertimbangkan sebagai Hari Sastra Indonesia sebab Bahasa Indonesia telah dijunjung oleh putra putri Indonesia sebagai bahasa persatuan pada tanggal tersebut di tahun 1928.

Bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Sastra Indonesia.
Bahasa dan Sastra adalah suatu kesatuan.

Demikianlah Penolakan ini kami nyatakan.

Indonesia, 23 April 2013

Yang menyatakan menolak,

Ahlul Hukmi (Dumai-Riau)
........................................
dst,

*

Catatan:
Saran dan kritikan maupun dukungan penolakan silakan ditulis pada kolom komentar. Beri jempol artinya mendukung. Terima kasih. (Dukungan dapat diberikan melalui tautan facebook : Penolakan Hari Sastra Indonesia Dua Versi atau di kotak komentar pada blog ini).

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar