Silahkan baca pemikiran
Umar Junus, Teeuw, Ajip Rosidi, Maman S Mahayana, Taufik Ismail,
joernal boemipoetra dan simpatisan, Gola Gong, Ahda Imran, Heru Joni
Putra, Pinto Anugrah Kotik Simarajo, Beni Setia dan yang lain-lain
tentang kelahiran Sastra Indonesia & Hari Sastra Indonesia untuk menambah luasnya cakrawala
wawasan dan meninggikan horison harapan sebelum menolak atau
mendukung Penolakan ini.
Salam semesta bebas
penindasan untuk Taufik Ismail, dkk, joernal boemipoetra &
simpatisan atas Deklarasi Hari Sastra Indonesia yang dua versi itu,
Abdul Kohar Ibrahim, Dimas Arika Mihardja dan kawan-kawan di facebook
yang telah memberikan jempol, dukungan, kritik dan saran atas
Penolakan Hari Sastra Indonesia baik versi Taufik Ismail, dkk maupun
versi joernal boemipotera & simpatisan. Semoga eksistensi sastra
Indonesia dapat memperkokoh ketahanan budaya Indonesia dalam
kebudayaan Indonesia nan Raya sebagai bagian dari kebudayaan manusia di alam semesta ini..
Baca ini juga ya:
Tautan Hari Sastra Indonesia versi joernal boemipoetra & simpatisan :
Deklarasi Hari Sastra Indonesia
Tautan Berita tentang Hari Sastra Indonesia versi Taufik Ismail, dkk :
Hari Sastra Indonesia
Terima kasih.
Penolakan Tanpa Deklarasi & Prasasti
oleh Ahlul Hukmi
(Catatan di Facebook) pada 23 April 2013 pukul 16:00 WIB
Ini adalah penolakan
tanpa Deklarasi dan Prasasti untuk terwujudnya persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia khususnya dalam masyarakat Sastra Indonesia.
Kami anak bangsa
Indonesia menyatakan menolak penetapan Hari Sastra Indonesia baik
versi joernal boemipoetra dan simpatisan maupun versi Taufik Ismail,
dkk.
Jika Pancasila adalah
falsafah kebudayaan, dan semangat kebangsaan Indonesia untuk melawan
imperialisme, kolonialisme, feodalisme yang bersifat kerakyatan
merupakan sebenar-benar pandangan hidup tuan-tuan dan kawan-kawan,
Maka kami meminta
tuan-tuan, kawan-kawan dan sekalian sastrawan Indonesia (baik
laki-laki dan perempuan) yang mendukung penetapan kedua versi Hari
Sastra Indonesia itu untuk meninjau kembali penetapan Hari Sastra
Indonesia tersebut dan melaksanakan pengkajian menyeluruh atas
Sejarah Sastra Indonesia sebelum menetapkan Hari Sastra Indonesia.
Kami berpendapat bahwa
kedua versi Penetapan Hari Sastra Indonesia tersebut telah
menimbulkan perpecahan dalam masyarakat sastra Indonesia hanya karena
perbedaan ideologi dan konflik kepentingan di antara dua kumpulan
itu.
Perpecahan dalam
masyarakat sastra Indonesia adalah salah satu cerminan disintegrasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kami anak bangsa
Indonesia tidak mau hidup dalam perpecahan sebab hidup dalam
persatuan dan kesatuan nan damai lebih indah dari sejuta Deklarasi
dan Prasasti penyebab perpecahan yang direkayasa untuk kepentingan
pribadi dan kelompok.
Sastra Indonesia bukan
milik dua kumpulan saja. Sastra Indonesia milik bangsa Indonesia dari
Sabang sampai Merauke dan dimanapun dia memijak tanah dan menjunjung
langit.
Kami berpendapat bahwa 28
Oktober patut dipertimbangkan sebagai Hari Sastra Indonesia sebab
Bahasa Indonesia telah dijunjung oleh putra putri Indonesia sebagai
bahasa persatuan pada tanggal tersebut di tahun 1928.
Bahasa Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari Sastra Indonesia.
Bahasa dan Sastra adalah
suatu kesatuan.
Demikianlah Penolakan ini
kami nyatakan.
Indonesia, 23 April
2013
Yang menyatakan
menolak,
Ahlul Hukmi (Dumai-Riau)
........................................
dst,
*
Catatan:
Saran dan kritikan
maupun dukungan penolakan silakan ditulis pada kolom komentar. Beri
jempol artinya mendukung. Terima kasih. (Dukungan dapat diberikan
melalui tautan facebook : Penolakan Hari Sastra Indonesia Dua Versi atau di kotak komentar pada blog ini).
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar