04/09/12

Menulis dan Membaca Sampai Mati

Pukul 13.45 WIB saya menyaksikan seorang siswa SDN 013 Buluh Kasap yang membacakan sebuah puisi yang berjudul Ya Allah Ini Puisiku. Lalu ada siswi dari MTS YAPI yang membacakan Puisi berjudul Lima. Luar biasa anak-anak yang membacakannya terlihat mengerti tentang isi puisi tersebut. Terima kasih sudah mau membacakan puisi saya itu. Semoga kamu kalian  menjadi anak yang selalu patuh kepada orang tua dan guru, rajin belajar, gemar membaca, manusia jujur yang religius dan tidak terbius oleh dunia yang fana ini. Amiin.


Sekitar seminggu sebelum bulan Ramadhan 1433 H tiba, bg Iwang bagian produksi DKD TV mengabarkan bahwa ada program pembacaan puisi-puisi religius untuk pelajar SD dan SMP yang puisinya berasal dari karya penyair di Kota Dumai. Kalau ada puisi-puisi yang religius kirimkan ke sini (DKD TV maksudnya) biar nanti puisi-puisi yang akan dibaca oleh pelajar yang ikut. Saya tersenyum. Hah? Puisi religius? Saya rasanya tak pernah menulis puisi yang religius sebab puisi-puisi saya entah puisi entah sajak entah apalah (entahnya yang saya pinjam dari Agoes S. Alam). Belakangan beliau menyatakan bahwa saya tidak cocok berpuisi dan menulisnya. Entahlah...Mungkin puisi atau sajak saya tidak "patuh' mengikuti kanon yang ada. Agaknya beliau lebih memotivasi saya untuk menulis esai dan kritik sastra. Mana-manapun tetap dijalani sepanjang dapat membahagiakan orang lain termasuk saya. Jika sampai tak bahagia bercampur marah dan alergi pula orang lain tersebab isi sajak atau puisi saya mungkin saya termasuk orang aniaya juga. Entahlah. Puisi atau sajak saya tidak untuk ditulis menjadi penyebab orang marah.

Sejak kocik (kecil,ketek,bocah,anak-anak) dulu saya sering membaca berbagai jenis bacaan berupa cerita pendek, kumpulan cerita pendek, cerita rakyat, puisi, sajak, cerita-cerita heroik pejuang kemerdekaan, novel-novel, cerita silat. Beberapa sumber mendapatkan bacaan itu adalah pustaka di Sekolah Dasar tempat saya belajar. Ketika belajar di jenjang pendidikan berikutnya saya mulai pula belajar meminjam buku-buku cerita silat, novel dengan berbagai genre dan tema dari beberapa Taman Bacaan yang ada di kota Dumai. Salah satunya adalah Taman Bacaan Kucicha kalau tidak salah saya.

Tujuh Manusia Harimau (motinggo boesye), manusia harimau (SB. Candra), Anggun Nan Tungga, Kawan Bergelut, Darah Laut, Wiro Sableng, Pendekar Rajawali Sakti, cerita-cerita pahlawan kemerdekaan dan pahlawan nasional, biografi-biografi tokoh Indonesia yang benar-benar tokoh dan bukan penokoh adalah beberapa bacaan yang sering saya baca. Belakangan Novel seperti Madilog, Elang Retak, Laskar Pelangi dan Ayat-Ayat Cinta juga menjadi santapan. Sejak kapan pula Madilog menjadi novel? Entahlah. Saya anggap itu sebuah novel. Belum lagi bacaan seperti Aidit Sang Legenda, Intelijen Bertawaf, Harus Bisa, Sejarah Teror Jalan Panjang Menuju 11/9 dan Riau Pos Spesial acapkali menghilangkan dahaga ingin membaca ini.

Madilog dan Aidit Sang Legenda merupakan otobiografi dan biografi yang termasuk kategori karya sastra juga. Dalam keduanya terdapat kalimat-kalimat sastra dan juga dianggap berbahaya. Kalau tidak salah kedua bacaan ini pernah dilarang beredar dan ada yang dibakar sebab isinya 'berbahaya' menurut sekelompok orang di Indonesia. Entah ketiban rejeki atau memang sudah jalannya, tiba-tiba setelah reformasi menggeser orde baru maka sampai pula kedua bacaan itu ke saya dan menjadi santapan sehari-hari. Suatu kali di tahun 2011 pernah saya temukan Madilog di salah satu toko buku di Kota Dumai yang harga jual seratus ribu rupiah. Lama saya memegang buku itu saat sebab warna kulit bukunya berwarna putih dan isinya masih tetap selalu 'merah'. Dalah hati saya berujar "Inilah dia buku yang dilarang beredar dan orang yang membacanya acap kali ditangkap saat orde baru masih berkuasa".

Sekarang orde apalagi? Orde lama sudah, orde baru lewat, orde reformasi sudah tiga belas tahun, sekarang agaknya orde korupsi sebab tiap hari berita di televisi dan media berita online acap kali tentang korupsi. Entahlah. Semoga nanti ada Pemimpin Indonesia yang baru dapat memberantas dan mencegah korupsi terjadi di Indonesia.


Pernah beberapa tahun yang lalu saya diminta seorang teman untuk menuliskan kembali cerita tentang Putri Tujuh dan Malin Kundang dalam Bahasa Inggris dalam bentuk naskah drama. Naskah drama tersebut digunakan untuk pementasan pelajar-pelajar SMP dalam kegiatan ekstrakurikuler berupa drama dan story telling (bercerita). Alangkah bagusnya seluruh cerita rakyat yang ada saya terjemahkan dalam Bahasa Inggris agar orang-orang luar negeri seperti Eropa, Amerika, Australia dan Afrika yang menggunakan Bahasa Inggris dapat mengambil ibroh dari esensi cerita-cerita rakyat dari Indonesia.

Barangkali ada kawan-kawan dari penerbit buku cerita rakyat yang mau bermurah hati untuk mengirimkan buku-buku cerita rakyat terbitannya agar saya dapat memulai kerja-kerja untuk menerjemahkan cerita rakyat Indonesia ke dalam Bahasa Inggris. Saya sedang berulang-ulang membaca cerita rakyat (folktale) Kota Dumai yang merupakan sastra lisan yang telah dikumpulkan menjadi sebuah buku. Jika tak ada aral melintang dapat pula saya menerjemahkannya dan bermanfaat setidaknya untuk pelajar-pelajar yang ingin menampilkan drama atau story telling dalam bahasa Inggris. Lebih jauh lagi agaknya dapat bermanfaat untuk pembaca-pembaca cerita rakyat dari berbagai belahan dunia lain.

Anak-anak jaman kenen kabarnya lebih paham tentang cerita Pinokio, Snow White, Robin Hood, Cleopatra, Peter Pan, dan Goblin daripada mengenal Pulau Dedap, Batu Belah Batu Betangkup, Malin Kundang, Putri Tujuh, Cindua Mato, Asal Mula Nama Danau Toba, Sangkuriang, Si Pahit Lidah, Hang Tuah dan Hang Jebat, Dang Tuanku dan beratus-ratus cerita rakyat Nusantara lainnya. (Jika ingin membaca cerita rakyat nusantara di tautan ini http://www.ceritarakyatnusantara.com/)

Membaca adalah kegiatan yang positif dan bermanfaat. Bukankah Jibril pernah berkata kepada Nabi Muhammad SAW  'Iqra' yang artinya bacalah. Jika membaca dilarang dan buku-buku bacaan dibakar maka kembalilah manusia ke dalam alam kegelapan.

Terima kasih untuk DKD TV yang telah memproduksi tayangan pembacaan religius untuk pelajar SD, SMP dan SMA di Kota Dumai. Kerja-kerja kesenian seperti ini patut diteruskan dan ditingkatkan serta mendapat dukungan berbagai pihak sebab lihatlah anak-anak yang membaca puisi itu. Mereka dapat memperlihatkan bahwa puisi itu indah. Agaknya saya yang acap kali membuat puisi saya sendiri tidak indah didengar oleh orang lain. Entahlah. Keindahan milikNya. Selain itu masih ada pembacaan puisi oleh pelajar-pelajar yang membawakan Puisi Berani - Akhyar, Puisi Malam Seribu Bulan - Zamis Juliandri, Puisi Masa Bertasbilah  - Yong Milah  dan Puisi Ramadhan Terakhir - Rahmad . Saya menulis lima tulisan yang entah puisi religius entah tidak, entah sajak entah apalah namanya jika tidak sesuai kanon 'mereka'. Sekarang lima puisi itu diterbitkan Bg Iwang di jejaring sosial DKD TV bersama puisi-puisi lainnya. Saksikan sendiri di DKD TV, sebuah media kreatif dengan saluran channel TV kabel yang perlu diperbanyak tayangan seni dan budayanya sehingga seimbang dengan publikasi profil dan ekpose kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya di Dumai.

Saya sudahi tulisan ini dengan sebuah isi pesan singkat dari beberapa saudara kepada saya "Waktu boleh berlalu dan zaman bisa berganti, Indahnya Dunia hanya sementara, Indahnya cinta hanya seketika, Indahnya mimpi tak pernah pasti Tapi Indahnya Persaudaraan Selalu Abadi Selamanya" Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir Batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar