07/06/14

DONGENG PADANG RUMPUT


Di sebuah padang rumput nan penuh kubangan, segerombolan Banteng sedang memakan rumput-rumput segar setelah berhasil menakuti-nakuti sekumpulan Kambing, Sapi, Kerbau dan Domba. Mereka memang bukan diimpor namun memang sudah ada di padang rumput itu sejak Gajah-Gajah berebut hendak menjadikan padang rumput sebagai tempat bermainnya. Rumput-rumput itu sebenarnya adalah makanan Kambing-Kambing, Sapi-Sapi, Kerbau-Kerbau dan Domba. Namun karena mereka takut terluka dan mati diinjak dan terinjak serta ditanduk dan tertanduk oleh gerombolan banteng nan sangat kasar, semena-mena dan liar, mereka lebih memilih untuk merumput di tempat lain. Padahal di tempat lain rumput-rumputnya sudah banyak nan kering dan layu. 

Tiba-tiba seekor Macan datang. Gerombolan banteng sangat terkejut. Mereka hendak lari karena ketakutan. Tak jauh di depan mereka ada sebuah jurang nan sangat lebar dan dalam. Tak jauh di sisi kanan dan sisi kiri padang rumput dikepung oleh tebing nan tinggi. Apa akal? Hidup berakal, mati beriman? Ah, mereka hanya binatang. Mana ada dalam kamus hidupnya hidup berakal, mati beriman. Mereka hanya punya otak tapi tidak punya akal. Namun entahlah dalam kekuasaan-Nya apa saja dapat terjadi sesuai dengan kehendak-Nya. Manusia nan berotak dan berakal lalu hidup beriman saja masih ada mati tidak beriman. Kalau Dia berkehendak maka binatang-binatang seperti Banteng itu juga akan memiliki kehendak untuk hidup beriman dan mati beriman. 

Meski Banteng-Banteng berjumlah banyak namun kalau Macan menerkam, habislah semuanya. Ini baru seekor Macan. Dibelakangnya masih ada ratusan Harimau tenang di balik ilalang dan tidak lagi terdengar mengaum-ngaum seperti biasanya. Padahal Harimau-Harimau ini sudah diambang punah. Maklumlah selalu diburu dan diperangkap. Hutan dan rimbanya disulap jadi kebun, pabrik dan kawasan industri oleh manusia-manusia nan tamak serakah.

Lalu bagaimana dengan sekumpulan Kambing, Sapi, Kerbau dan Domba tadi? Mereka sangat gembira Macan datang. Kalau gerombolan Banteng pergi dari padang rumput itu, mereka tentu dapat menikmati lagi rumput-rumput nan segar. Mereka cemas juga jika Macan malah memangsa mereka setelah membuat gerombolan Banteng memilih pergi dari padang rumput. 

Macan sudah kenyang. Dia sudah makan banyak Rusa dan Kijang di rimba belantara. Dagingnya lebih enak dan berkhasiat daripada daging-daging sekalian Banteng, Kambing, Sapi, Kerbau dan Domba. Banyak Kambing mengembik-ngembik, Sapi melenguh-lenguh, Kerbau membunyikan genta nan terkalung di lehernya dan Domba saling bergesekan sesamanya. Mungkin ada pula di antara Kambing, Sapi, Kerbau dan Domba itu hendak bermimpi menjadi Macan. Mereka bagaikan pungguk merindukan bulan. 

Akankah gerombolan Banteng nan terkenal masih liar dan semena-mena di seantero rimba belantara memilih pergi dari padang rumput atau semuanya habis diterkam Macan. Rumput-rumput masih saja dikunyah-kunyah, dipijak-pijak dan tercerabut akar-akarnya lalu mati. Rumput-rumput mati karena ulah Banteng, Kambing, Sapi, Kerbau dan Domba. 

Mereka tidak menyadari bahwa ada sekelompok pemburu dari atas tebing kiri dan kanan sedang membidik kepala Macan, Banteng, Kambing, Sapi, Kerbau dan Domba. Para pemburu sudah sangat lama mengintai mereka. Pemburu-pemburu, yang berasal dari daratan dan lautan jauh nun di sana itu, juga sedang berburu seekor burung nan sangat besar dengan perisai di dadanya. Sepuluh ribu ekor Elang sedang bersiap-siap dalam rimba di belakang padang rumput untuk menjadi tameng agar padang rumput tidak bersimbah darah.

Ahlul Hukmi Abu Samah - Indonesia, 19 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar