Di sebuah padang rumput nan penuh
kubangan, segerombolan Banteng sedang memakan rumput-rumput segar setelah
berhasil menakuti-nakuti sekumpulan Kambing, Sapi, Kerbau dan Domba. Mereka
memang bukan diimpor namun memang sudah ada di padang rumput itu sejak Gajah-Gajah
berebut hendak menjadikan padang rumput sebagai tempat bermainnya. Rumput-rumput itu sebenarnya adalah
makanan Kambing-Kambing, Sapi-Sapi, Kerbau-Kerbau dan Domba. Namun karena
mereka takut terluka dan mati diinjak dan terinjak serta ditanduk dan tertanduk
oleh gerombolan banteng nan sangat kasar, semena-mena dan liar, mereka lebih
memilih untuk merumput di tempat lain. Padahal di tempat lain rumput-rumputnya
sudah banyak nan kering dan layu.
Tiba-tiba seekor Macan datang.
Gerombolan banteng sangat terkejut. Mereka hendak lari karena ketakutan. Tak
jauh di depan mereka ada sebuah jurang nan sangat lebar dan dalam. Tak jauh di
sisi kanan dan sisi kiri padang rumput dikepung oleh tebing nan tinggi. Apa
akal? Hidup berakal, mati beriman? Ah, mereka hanya binatang. Mana ada dalam
kamus hidupnya hidup berakal, mati beriman. Mereka hanya punya otak tapi tidak
punya akal. Namun entahlah dalam kekuasaan-Nya apa saja dapat terjadi sesuai
dengan kehendak-Nya. Manusia nan berotak dan berakal lalu hidup beriman saja
masih ada mati tidak beriman. Kalau Dia berkehendak maka binatang-binatang
seperti Banteng itu juga akan memiliki kehendak untuk hidup beriman dan mati
beriman.
Meski Banteng-Banteng berjumlah
banyak namun kalau Macan menerkam, habislah semuanya. Ini baru seekor Macan.
Dibelakangnya masih ada ratusan Harimau tenang di balik ilalang dan tidak lagi
terdengar mengaum-ngaum seperti biasanya. Padahal Harimau-Harimau ini sudah
diambang punah. Maklumlah selalu diburu dan diperangkap. Hutan dan rimbanya
disulap jadi kebun, pabrik dan kawasan industri oleh manusia-manusia nan tamak
serakah.
Lalu bagaimana dengan sekumpulan
Kambing, Sapi, Kerbau dan Domba tadi? Mereka sangat gembira Macan datang. Kalau gerombolan Banteng pergi dari
padang rumput itu, mereka tentu dapat menikmati lagi rumput-rumput nan segar.
Mereka cemas juga jika Macan malah memangsa mereka setelah membuat gerombolan
Banteng memilih pergi dari padang rumput.
Macan sudah kenyang. Dia sudah makan
banyak Rusa dan Kijang di rimba belantara. Dagingnya lebih enak dan berkhasiat
daripada daging-daging sekalian Banteng, Kambing, Sapi, Kerbau dan Domba.
Banyak Kambing mengembik-ngembik, Sapi melenguh-lenguh, Kerbau membunyikan
genta nan terkalung di lehernya dan Domba saling bergesekan sesamanya. Mungkin
ada pula di antara Kambing, Sapi, Kerbau dan Domba itu hendak bermimpi menjadi
Macan. Mereka bagaikan pungguk merindukan bulan.
Akankah gerombolan Banteng nan
terkenal masih liar dan semena-mena di seantero rimba belantara memilih pergi
dari padang rumput atau semuanya habis diterkam Macan. Rumput-rumput masih saja
dikunyah-kunyah, dipijak-pijak dan tercerabut akar-akarnya lalu mati.
Rumput-rumput mati karena ulah Banteng, Kambing, Sapi, Kerbau dan Domba.
Mereka tidak menyadari bahwa ada
sekelompok pemburu dari atas tebing kiri dan kanan sedang membidik kepala
Macan, Banteng, Kambing, Sapi, Kerbau dan Domba. Para pemburu sudah sangat lama
mengintai mereka. Pemburu-pemburu, yang berasal dari daratan dan lautan jauh
nun di sana itu, juga sedang berburu seekor burung nan sangat besar dengan
perisai di dadanya. Sepuluh ribu ekor Elang sedang bersiap-siap dalam rimba di belakang
padang rumput untuk menjadi tameng agar padang rumput tidak bersimbah darah.
Ahlul Hukmi Abu Samah - Indonesia, 19 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar