Entah apa agaknya nan ada di benak si Pandir. Tiba-tiba
saja dia gemar bersemadi. Dia bersemadi tidak di dalam gua, di pulau-pulau
kosong, di puncak-puncak bukit dan gunung, atau di tempat-tempat yang dianggap
keramat oleh orang. Dia bersemadi di depan tumpukan buku-buku. Dia melihat
cahaya nan lain dari cahaya-cahaya biasa yang pernah dilihatnya. Cahaya itu
seolah-olah seperti seseorang yang buncit perutnya dengan posisi tidur. Si
Pandir sering melihat sosok itu di dunia nyata. Sosok yang dipuja-puja oleh
banyak orang karena kebijaksanaannya.
Jauh sebelum si Pandir gemar bersemadi, si Pandir
sering diminta untuk mandi dengan air limau purut dan air bunga. Si Pandir mau
saja karena rasa penasaran ingin mengetahui apa kegunaannya. Sudah sebelas kali
dirinya mandi dengan air limau purut dan air bunga. Apa yang terjadi setelah
itu? Si Pandir hanya mencium wangi limau purut dan bunga. Tak lebih dan tak
kurang. Maklumlah si Pandir jarang mandi. Pada akhirnya, orang yang pernah
membelahkan limau purut untuk si Pandir menyarankan dirinya agar si Pandir minta
belahkan limau purut dengan orang lain lagi sebab sudah banyak limau purut
dibelahkan untuk si Pandir
namun entah apa lagi kurangnya.
Ada pula yang
menyampaikan kepada si Pandir bahwa dirinya seperti sebuah rumah yang sangat
gelap dan hitam. Si Pandir pun manggut-manggut. Kecek si Pandir, bukan dirinya
yang menyeru kegelapan. Kegelapanlah nan sering menyaru, menyeru, dan memanggil-manggilnya
dirinya.
Si Pandir sering melihat beberapa makhluk yang rasanya
bukan manusia. Entah makhluk apa. Mungkin makhluk dari dimensi lain yang sedang
bosan berada dalam dimensinya dan iseng hendak bertamasya ke dunia manusia. Si
Pandir pernah melihat makhluk hitam berambut panjang, makhluk seperti perempuan
berpakaian putih dan berambut sangat panjang, makhluk seperti laki-laki tak
berkepala, sepasang makhluk seperti anak-anak yang bertaring, makhluk seperti
asap putih menyeberang jalan,
makhluk seperti bayangan sangat hitam nan melata di dinding, selusinan makhluk
bertaring dan bertelinga lancip yang wajahnya sangat menakutkan. Si Pandir
paling sering melihat makhluk-makhluk tak jelas menyaru sebagai
perempuan-perempuan cantik. Celakanya, perempuan-perempuan cantik itu
telanjang.
Si Pandir sering bertemu dan berkenalan dengan
orang-orang yang oleh sebagian orang dipercaya memiliki kemampuan
parapsikologi, metafisika, dan supranatural. Ada pula yang berkata bahwa nan
gaib itu sebab tidak terlihat. Kalau sudah terlihat, maka tidak gaib lagi
namanya.
Pernah suatu waktu si Pandir berdoa agar mimpi bertemu
dengan seorang manusia yang menyeru umat manusia agar tidak hidup dalam
kejahiliahan. Dalam mimpinya, si Pandir bertemu orang yang dimaksud sedang
berada di atas kursi roda. Si Pandir bergegas mendekati dan menyalaminya.
Dia hanya tersenyum. Si Pandir berpikir. Mengapa beliau duduk di kursi roda. Si Pandir pun jadi malu sebab
dirinya banyak dosa. Si Pandir yakin asal mau bertaubat, segala dosa akan
diampuniNya.
Taubat atau tobat? Kecek si Pandir bertaubat atau bertobat itu sama, mungkin
hanya beda caranya saja.
Negara Kaya Batu, 072015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar